Hagia Sophia

27 January 2023

Menkes Akan Temui WHO Agar Status Pandemi COVID-19 di Indonesia Dicabut

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Hana Nushratu/detikHealth)

Baru-baru ini, pemerintah mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Akan tetapi, bukan berarti pandemi COVID-19 di RI berubah status menjadi endemi.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyebut, pandemi bersifat global dan ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sehingga, semua negara harus serentak menyamakan status tersebut.

"Pandemi, kan, terjadinya global. Jadi, kita mesti melobi WHO. Saya akan datang mulai bulan Maret nanti untuk bilang Indonesia sudah beres," sebut Budi dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (26/1/2023).

Salah satu kebijakan yang bakal diterapkan adalah vaksin COVID-19 berbayar bagi yang mampu. Nantinya, vaksin COVID-19 akan dijual seharga 5-10 USD atau sekitar Rp 150 ribu. Sementara itu, vaksin COVID-19 yang gratis hanya diperuntukkan bagi penerima bantuan iuran (PBI).

"Booster kedua sampai sekarang masih gratis, memang kita ada rencana kan strategi dari pandemi ke endemi akan banyak langkah-langkah yang akan dilakukan," kata Budi.

"Intinya adalah intervensi pemerintah yang mengatur masyarakat kita kurangi, supaya partisipasi masyarakat atas kesadaran sendiri itu mulai ditingkatkan karena toh obat obatan dan vaksinnya ada," ujar Menkes.

Situasi COVID-19 di Tanah Air

COVID-19 subvarian Omicron XBB 1.5 atau Kraken sudah terdeteksi di Tanah Air. Karakteristik dari Kraken yakni penularannya cepat namun tingkat rawat inapnya rendah.

"Karena Kraken kita amati dia itu penularannya memang cepat, tapi lemah. Artinya, hospitalisasinya nggak tinggi," ujar Budi.

Budi optimis mengingat kenaikan kasus gelombang COVID-19 di Tanah Air tidak signifikan. Dituturkan Budi, Kraken merupakan 'cicit' dari Omicron yang memicu kenaikan kasus di Amerika Serikat (AS).

Budi juga menambahkan, subvarian Omicron lain seperti BA.5, BQ.1, dan XBB juga meningkat di sejumlah negara. Dikarenakan imunitas masyarakat RI masih tergolong baik berdasarkan hasil serro survei yang tinggi.

"Kalau saya melihatnya, Kraken itu naik sedikit di AS. Teman-teman kalau lihat yang BA.5 di Eropa tinggi, BQ.1 XBB itu di Jepang, China tinggi," tutur Budi.

"Itu di Indonesia dua kali gelombang anak dan cucunya Omicron itu, enggak naik tinggi. Kenapa? Karena itu tadi, imunitas populasi kita baik, hasil sero survei kita baik," lanjutnya.

Pasien pertama Kraken juga dilaporkan tidak mengeluhkan gejala apapun hingga selesai diisolasi. Hingga kini, pemerintah juga belum melakukan pengetatan setelah Kraken masuk ke Indonesia.

"Nah selama populasi kita baik, terutama yang orang-orang tua yang punya komorbid itu imunitasnya masih tinggi, Insyaallah kalau ada varian baru itu bisa tertangani," pungkas Budi.

Terpisah, Kepala Biro Komunikasi Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi melaporkan kontak erat pasien pertama kasus Kraken. Berdasarkan penelusuran epidemiologi awal, ditemukan tiga kasus kontak erat pasien COVID-19 varian Kraken.

"Ada satu di DKI Jakarta, dua di Kalimantan Timur," sebut dr Nadia saat dihubungi Kamis (26/1/2023).

Kabar baiknya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif COVID-19. Kemenkes RI menambahkan, belum ada penambahan kasus COVID-19 varian Kraken sejauh ini.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus RI Landai, Menkes Bakal Ketemu WHO Minta Status Pandemi COVID-19 Dicabut"