detikcom |
Wafatnya Ratu Elizabeth II membuat sedih jutaan orang. Banyak orang berduka menangisi kepergiannya padahal bukan orang dekat bahkan tidak kenal. Ada penjelasan ilmiah mengenai fenomena seperti ini.
"Sebagian besar penelitian kesedihan berfokus pada rasa kehilangan yang dirasakan orang tua, teman dekat atau pasangan," kata Michael Cholbi, seorang filsuf dan ahli etika di University of Edinburgh, Inggris, dikutip dari Nature.
Dia menjelaskan ada yang namanya hubungan sepihak antara seseorang dan tokoh masyarakat terkenal, selebriti atau anggota keluarga kerajaan. Hubungan ini disebut parasosial.
"Saya tentu berpikir bahwa hubungan parasosial dapat menimbulkan kesedihan. Saya tidak melihat mengapa kita harus berpikir bahwa kesedihan hanya akan muncul, hanya masuk akal, dalam konteks hubungan timbal balik," kata Cholbi.
Beberapa peneliti mengaitkan kesedihan parasosial dengan hilangnya kemungkinan. "Pengalaman kesedihan adalah semacam gangguan terhadap pengalaman dunia secara keseluruhan. Ketika itu terjadi, asumsi Anda akan hancur," kata filsuf Louise Richardson, salah satu direktur proyek penelitian di University of York, Inggris, berjudul Grief: A Study of Human Emotional Experience.
Dia mengutip teori yang disebut dunia asumsi yang menunjukkan bahwa seseorang telah memegang teguh dan mendasarkan asumsi tentang dunia. "Jenis kehilangan yang membuat kita berduka adalah yang mengganggu dunia asumsi itu, yang dapat menjelaskan perasaan sedih tentang kematian Ratu," katanya.
Cholbi mengatakan masuk akal bahwa orang akan berduka atas hilangnya tokoh masyarakat yang entah bagaimana mereka menginvestasikan identitas mereka sendiri, dengan mengadopsi nilai-nilai yang dirasakan sama, atau karena mereka mengagumi sikap yang diambil orang tersebut.
"Ini adalah kehilangan seseorang yang telah berperan dalam nilai dan kepedulian mereka sendiri. Jadi rasanya bukan hanya semacam kehilangan seseorang, tetapi dengan cara tertentu, kehilangan kecil dari aspek diri sendiri," jelasnya.
Penelitian dari tahun 2012 menunjukkan bahwa proses yang disebut introjeksi membantu orang untuk mengatasi kematian seorang selebriti.
"Introjeksi adalah tentang kualitas yang kita anggap dimiliki seseorang yang sedang menjalin hubungan dengan kita, bahkan jika kita berhubungan dengan mereka dari kejauhan," jelas Andy Langford, direktur klinis badan amal Cruse yang berbasis di London.
"Kita akhirnya mengadopsi kualitas-kualitas itu sendiri, dan itu membantu ketika menghadapi duka. Kesedihan untuk seorang tokoh publik benar-benar nyata. Perasaan dan kesedihan itu nyata," ujarnya.
Untuk rasa duka terkait seseorang yang jauh (bukan anggota keluarga atau orang dekat) seperti Ratu Elizabeth II, Langford berharap kesedihan akan berkurang lebih cepat.
Menurutnya, ikatan yang kita bentuk dengan seseorang bergantung pada tiga variabel: waktu, jarak, dan kedekatan. "Tiga aspek itu akan menunjukkan kepada kita tingkat kesedihan kita, dan alasan mengapa mereka penting adalah karena ada neuron di otak kita yang dirancang untuk mencari ketiga hal itu," ujarnya.
Yang jelas, banyak orang yang berduka untuk Sang Ratu yang akan dimakamkan pada 19 September. "Kita mengalami kehilangan sebagai bagian dari diri kita sendiri, bahkan bagi mereka yang tidak pernah bertemu Ratu Elizabeth," tutup Langford.
Artikel ini telah tayang di news.detik.com dengan judul "Kenapa Banyak Orang Menangisi Ratu Elizabeth II Meninggal Padahal Tak Kenal?"