Hagia Sophia

01 September 2022

Tips Pencegahan HIV dari Penemu Kasus Pertama di Indonesia

Prof Zubairi Djoerban, detikcom

Belakangan, geger kabar temuan ratusan mahasiswa dan ibu rumah tangga (IRT) di Bandung positif HIV. Hal itu mengacu pada laporan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Bandung yang merangkum data dari 1991 hingga 2021.

Menanggapi kabar tersebut, spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (Kanker) dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus penemu kasus HIV pertama di RI pada 1980-an, Prof Zubairi Djoerban, menjabarkan cara pencegahan HIV. Menurutnya, kuncinya adalah 'ABCD'.

A adalah absistensi (tidak berhubungan seks di luar pernikahan), B adalah 'Be Faithful', C adalah penggunaan 'Condom', dan D adalah 'Say not to Drugs'.

"Dalam hubungan seksual, tentu penularannya yang pertama kalau tidak hubungan seksual ya nggak tertular. Jadi kalau sama sekali tidak melakukan hubungan seksual tidak akan tertular. Yang kedua, adalah be faithful, setia pada pasangan suami (atau) istri. Hanya satu, itu juga tidak akan terjadi penularan," ujarnya saat ditemui detikcom di Gedung PB IDI Dr R Soeharto, Jakarta Pusat, Selasa (30/8).

"Jadi abstinensi A, B nya 'be faithful', C 'condom' kalau untuk hubungan seksual yang di luar pernikahan. D-nya adalah 'Drugs' atau say no to drug. Jangan katakan sekali-kali pada drug narkotika," sambung Prof Zubairi.

Menyebarnya karena Apa?

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyorot faktor pergaulan dan ekonomi di balik temuan ratusan kasus HIV. Terlebih, temuan KPA tersebut menyeret kelompok mahasiswa yang ada pada usia 17-24 tahun.

"Perilaku yang baru ingin mencoba narkotik, terpengaruh teman ingin mencoba pengalaman seksual," beber Prof Zubairi lebih lanjut.

"Kemudian masalah ekonomi. banyak sekali remaja-remaja yang kurang beruntung memerlukan banget dukungan ekonomi itu yang membuat timbul prostitusi anak dan sekarang bagaimana dengan mahasiswa," sambungnya.

Prof Zubairi menjabarkan, terdapat setidaknya empat cara penularan HIV yakni melalui hubungan seksual, penggunaan narkotika, kehamilan (dari ibu ke anak), dan transfusi darah.

"Satu adalah dari hubungan seksual baik laki-perempuan, laki-laki ke laki-laki. Kemudian yang kedua adalah penggunaan narkotika. Ketiga adalah dari ibu hamil yang positif ke bayinya. Yang keempat adalah transfusi ndarah walaupun sekarang risikonya sedikit karena sudah diuji saring," jelasnya.

"Yang terakhir kemungkinan paling kecil adalah waktu kita bekerja di layanan kesehatan menyuntik pasien, waktu menutup kena itu cukup sering tapi risikonya amat sangat rendah," pungkas Prof Zubairi.






















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Penemu Kasus Pertama HIV di RI Angkat Bicara, Beberkan Cara Mencegahnya"