ilustrasi ganja, detikcom |
Akses yang lebih mudah pada ganja di Thailand membuat Menteri Dalam Negeri dan Hukum Singapura Kasiviswanathan Shanmugam, menilai menjadi tantangan besar untuk mewujudkan Singapura bebas narkoba. Sebagai informasi, Thailand menjadi negara pertama di Asia yang melegalkan ganja secara nasional pada 9 Juni 2022.
Shanmugam menyoroti bahwa dalam seminggu aturan tersebut, ganja itu ada di mana-mana seperti dalam minuman, makanan, pasta gigi, dan kue. Ia merasa khawatir karena banyak warga Singapura yang berlibur ke Thailand dan ikut menikmati ganja untuk penggunaan rekreasional.
"Ketersediaan ganja yang lebih bebas di Thailand, tempat banyak orang Singapura pergi dan dari mana banyak turis datang ke Singapura, akan menghadirkan lebih banyak tantangan," kata Shanmugam dikutip dari Asione, Jumat (2/9/2022).
Menurutnya otoritas Thailand berupaya mengendalikan dampak dari legalisasi ganja, namun mengalami kesulitan dalam kebijakan dan pengawasan penggunaannya. Ia juga menyoroti soal upaya Malaysia untuk melegalkan ganja medis yang juga akan berdampak pada Singapura.
"Jika Malaysia melegalkan ganja atau obat-obatan lain, mengingat arus orang yang lebih besar antara Malaysia dan Singapura dibandingkan dengan Thailand dan Singapura, tentu saja akan lebih menantang dari (sisi) penegakan hukum dan untuk menjaga Singapura bebas narkoba," ungkapnya.
Shanmugam juga menyatakan bahwa menurut data PBB wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara mengalami masalah besar pengendalian obat-obatan terlarang. Dia menilai bahwa penelitian menunjukkan obat-obatan itu akan membuat ketagihan dan dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki, penyusutan otak, dan penyakit mental dan kejiwaan yang serius.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Terimbas Legalisasi Ganja Thailand, Singapura Buka Suara"