Hagia Sophia

03 September 2022

Kasus HIV di Bandung yang Tidak Terdeteksi Jauh Lebih Banyak

ilustrasi tes HIV, deticom

Merebaknya kabar terkait belasan ribu kasus HIV di Bandung membuat masyarakat kaget. Pasalnya, stigma masyarakat terhadap penyakit HIV ini masih sangat buruk dan membuat penyintasnya merasa dikucilkan.

Dampaknya, kasus HIV dianggap sebagai fenomena gunung es. Artinya, yang muncul di permukaan hanya sedikit, tetapi kasus yang tidak terlihat atau bahkan belum terdeteksi masih sangat banyak di bawahnya.

Kenapa Bisa Seperti Itu?

Menurut Ketua Female Plus, Yusriani Ratna Irani, fenomena ini disebabkan masih banyaknya orang yang belum mengerti soal HIV. Misalnya seperti jalur penularannya, yang salah satunya disebabkan oleh pemakaian jarum suntik yang sama.

"Masih banyak orang yang mungkin belum terpapar informasi (soal HIV). Sekarang saja mulai muncul lagi pengguna jarum suntik, yang sebenarnya angkanya sudah mulai datar, tapi sekarang muncul lagi," jelas Yusriani saat ditemui detikcom di Female Plus, Bandung, Jumat (2/8/2022).

"Mereka mungkin nggak dapat informasi kalau pakai jarum suntik yang sama dengan orang lain itu dapat menularkan. Belum banyak juga yang tahu pentingnya memakai jarum suntik yang steril," lanjutnya.

Sebagai informasi, Female Plus merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berperan untuk mendampingi orang dengan HIV-AIDS. LSM ini dibentuk dan dijalankan oleh populasi kunci HIV, seperti lelaki seks dengan lelaki (LSL), pengguna napza suntik (penasun), wanita pekerja seks (WPS), hingga waria.

Selain itu, masih banyak juga orang yang menyangkal dirinya tidak terpapar HIV, padahal termasuk dalam kelompok yang berisiko. Tak hanya itu, stigma negatif dari masyarakat juga sangat berpengaruh bagi penyintas HIV-AIDS.

"Karena pengetahuan atau edukasi yang kurang, banyak orang tidak paham akan penularan HIV itu seperti apa. Banyak juga stigma (negatif) dari masyarakat tentang HIV yang akhirnya membuat banyak orang yang tidak mau tes," beber Yusriani.

Maka dari itu, Yusriani menegaskan bahwa para penyintas HIV itu sama seperti orang biasa. Sebab, banyak orang yang terpapar padahal ia bukan termasuk kelompok berisiko dan akhirnya tertular dari orang lain, salah satunya ibu rumah tangga.

"Kami terus berusaha agar stigma negatif itu bisa hilang, karena para penyintas HIV itu sama seperti orang-orang. Bahkan seperti ibu rumah tangga saja bisa tertular, yang ternyata dari suaminya yang suka 'jajan'," pungkasnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Geger Ribuan Kasus HIV di Bandung? Aktivis: Yang Nggak Terdeteksi Lebih Banyak"