![]() |
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock) |
Operasi umumnya merupakan prosedur kompleks dan rumit yang dilakukan dokter terhadap pasien.
Namun dalam sejumlah kasus, dedikasi untuk lebih memahami tubuh manusia mendorong dokter untuk 'nekat' melakukan pembedahan pada diri mereka sendiri.
Pada kasus lain, dokter terpaksa membedah diri sendiri agar bisa lepas dari situasi yang mengancam nyawanya.
Operasi diri sendiri tentu bukan sesuatu yang sering terjadi, tetapi hal itu memang pernah terjadi. Dikutip dari Medical News Today, berikut empat contoh kasusnya.
1. Kateterisasi Jantung
Werner Theodor Otto Forssmann sedang menempuh pendidikan kedokteran di Jerman pada 1920-an ketika seorang profesor melontarkan pertanyaan yang membekas di pikirannya: Apakah mungkin untuk mencapai jantung melalui pembuluh vena atau arteri tanpa operasi traumatis?
Saat itu, satu-satunya cara mengakses jantung adalah dengan melakukan pembedahan yang cukup berisiko.
Forssmann menemukan artikel yang menjelaskan bagaimana seorang dokter hewan dapat mencapai jantung seekor kuda dengan kateter melalui vena jugularis interna. Kateter ini menyalurkan darah dari otak, wajah, dan leher ke jantung.
Forsmann pun menyimpulkan dia dapat menggunakan kateter ureter untuk mencapai jantung manusia melalui vena cubital, yang terletak dekat permukaan lengan dan mengalir ke jantung.
Forssmann pun berencana mencoba prosedur itu pada seorang pasien. Namun kepala perawat yang khawatir dengan keselamatan pasien menghalangi rencananya.
Forssmann akhirnya memutuskan untuk melakukan prosedur tersebut pada dirinya sendiri. Setelah mengelabui seorang perawat, Forssmann sukses memasukkan kateter sejauh 30 cm ke dalam lengannya. Dia juga meminta bantuan perawat sinar-X untuk memetakan perjalanan internal kateter dari lengan ke jantungnya.
Prosedurnya berhasil, namun Forssman diberhentikan dari residensinya. Namun 17 tahun kemudian, bersama dua orang lainnya, Forssmann memenangkan hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran atas perannya dalam penemuan kateterisasi jantung.
2. Operasi Usus Buntu
Leonid Rogozov adalah satu-satunya tenaga medis dari tim ekspedisi Antartika Soviet ke-6 pada 1960. Beberapa minggu setelah ekspedisi, dokter berusia 27 tahun itu menyadar beberapa gejala radang usus buntu pada dirinya sendiri, seperti lemas, mual, dan nyeri hebat di perut bagian kanan bawah.
Obat-obatan yang ada tidak mampu memperbaiki kondisinya. Dia juga tidak memiliki harapan bisa kembali ke kota untuk mendapatkan penanganan yang layak.
"Saya tidak tidur sama sekali tadi malam. Sakitnya seperti setan! Badai salju menerjang jiwa saya, merintih seperti seratus serigala," tulis Rogozov dalam jurnalnya.
Satu-satunya pilihan Rogozov untuk bertahan hidup adalah dengan melakukan operasi usus buntu pada dirinya sendiri. Dia kemudian merekrut tiga orang rekannya untuk membantu; satu orang memegang cermin dan mengatur lampu, satu orang menyerahkan peralatan bedah kepadanya, dan satu orang bertindak sebagai cadangan seandainya salah satu dari mereka pingsan atau mual.
Pada pukul 2 pagi tanggal 1 Mei 1961, setelah melakukan anestesi lokal pada dirinya sendiri, Rogozov membuat sayatan pertama sepanjang 10-12 cm di perutnya. Setelah sekitar 30 menit, Rogozov menjadi lemah dan perlu istirahat secara teratur, tetapi dia tetap bertahan.
Operasi tersebut pun berhasil, dan setelah dua minggu, kesehatannya pulih sepenuhnya.
3. Pengangkatan Usus Buntu
Hal serupa dialami dr Evan O'Neill Kane, pemilik Rumah Sakit Kane Summit di Pennsylvania, Amerika Serikat. Lelah menunggu operasi pengangkatan usus buntunya, sang dokter memutuskan untuk melakukan sendiri prosedur tersebut.
Dibantu para stafnya, Kane menyuntikkan adrenalin dan kokain ke dinding perutnya, membedah dirinya sendiri, menemukan usus buntunya, dan mengangkatnya. Semua itu dia lakukan dalam 30 menit.
Bahkan, dia mengaku bisa menyelesaikan operasi dengan lebih cepat jika stafnya tidak gugup. Hanya dalam waktu dua minggu, Kane pulih sepenuhnya dan dapat kembali melakukan operasi.
Ketika seseorang bertanya kepadanya alasan melakukan aksi nekat itu, Kane menjawab bahwa dia ingin tahu bagaimana rasanya. Selain itu, dia ingin menunjukkan bahwa mungkin untuk melakukan prosedur ringan tanpa menggunakan anestesi umum yang relatif berbahaya.
4. Batu Ginjal
Seorang dokter bedah militer, M Clever Maldigny, telah menjalani lima operasi untuk mengangkat batu ginjal yang dimilikinya. Beberapa prosedur menyebabkan komplikasi jangka panjang, sehingga pada 1824, Madigny memutuskan untuk melakukan pembedahan pada dirinya sendiri.
Dengan menggunakan cermin dan dipandu oleh bekas luka sebelumnya, dia membedah tubuhnya sendiri. Dia kemudian menemukan leher kandung kemih dan batu ginjal yang tersangkut di antara bekas luka dari operasi sebelumnya.
Operasi yang dilakukannya sendiri itu berhasil, dan tiga minggu kemudian, Maldigny merasa kondisinya benar-benar pulih seperti tidak pernah mengalami sakit sebelumnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cerita Para Dokter yang Mengoperasi Dirinya Sendiri, Ada yang Angkat Usus Buntu"