Kata ahli soal bakteri E coli yang mencemari Sungai Seine, Paris. (Foto: AP/Vadim Ghirda) |
Polusi di Sungai Seine jadi sorotan tersendiri di Olimpiade Paris 2024. Dua atlet triathlon, yang mewakili Belgia dan Swiss, jatuh sakit setelah berenang di perairan Sungai Seine.
Dikutip dari Associated Press, tim olimpiade Swiss dalam pernyataan resminya menyebut 'mustahil untuk mengatakan' infeksi pencernaan yang dialami atletnya berhubungan dengan kualitas air di Sungai Seine. Dokter yang mendampingi tim tersebut, Hanspeter Betschart, mengatakan tidak ada atlet dari negara lain yang mengalami masalah serupa selama lomba.
Demikian juga dengan komite olimpiade Belgia, yang membantah atletnya dirawat di rumah sakit. Namun demikian, diakui bahwa atlet yang sedianya berlaga di nomor relay campuran tersebut memang sempat mendapat perawatan di poliklinik Olympic Village.
"Tolong catat bahwa Claire Michel tidak dirawat empat hari di rumah sakit. Dia tidak masuk rumah sakit sebelum hari ini," tulis pernyataan resmi tim tersebut, dikutip dari Reuters.
Diketahui, sungai tersebut terkontaminasi bakteri yang mengancam jiwa, yakni Escherichia coli atau E coli. Bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan, bahkan beberapa jenis di antaranya hidup di saluran pencernaan.
Para ahli mengatakan bahwa bakteri tersebut berkembang biak di sungai karena hujan lebat dalam jangka waktu yang panjang. Dari penelitian sebelumnya, E coli juga terdeteksi di banyak perairan di Inggris, termasuk Sungai Thames dan Sungai Tone di Somerset.
Risiko Infeksi E coli
E coli merupakan bakteri yang juga bisa ditemukan di dalam daging, produk makanan lain, dan feses. Dikutip dari US CDC, bakteri ini umumnya tidak berbahaya dan merupakan bagian dari sistem pencernaan yang sehat. Namun demikian, beberapa jenis E coli dapat menyebabkan demam, sakit, dan diare.
Pada sebagian besar kasus, gejala akibat bakteri ini bisa menghilang secara alami dalam beberapa hari. Namun, pada populasi yang rentan, infeksi dapat masuk ke dalam darah dan berpindah ke organ tubuh, yang menyebabkan kerusakan parah.
"Berenang di perairan yang terkontaminasi feses berisiko terinfeksi E coli dan berbagai patogen lainnya," beber Dr Simon Clarke, ahli mikrobiologi dari University of Reading.
Dr Clarke mengungkapkan banyak asumsi yang mengatakan perairan dapat tercemar akibat limbah yang dibuang dari perusahaan air. Namun, ini juga berisiko pada perairan yang dekat dengan ternak.
"Kita sering berasumsi bahwa hal ini hanya dapat terjadi ketika perusahaan air kita membuang limbah ke sungai dan laut. Tetapi, limbah dari hewan ternak yang mengalir ke sungai dan danau juga dapat menjadi masalah," jelasnya yang dikutip dari Daily Mail.
Para ahli telah lama mengkhawatirkan bakteri E coli yang bisa menghasilkan racun shiga, yakni Shiga toxin-producing E. coli (STEC). Jenis E coli ini merupakan jenis bakteri penyebab diare yang langka.
Gejala infeksi yang muncul cukup bervariasi, mulai dari kram perut, muntah, hingga diare. Bahkan, sekitar setengah dari orang yang terinfeksi mengalami diare berdarah.
Namun, kondisi ini sering kali sulit dikenali karena gejala yang sama dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, termasuk norovirus.
STEC dianggap sangat menular, dan dalam hingga 15 persen kasus, bakteri tersebut dapat menyebabkan sindrom uremik hemolitik (HUS), kondisi yang mengancam jiwa yang dapat menyebabkan gagal ginjal, yang terutama menyerang anak-anak.
STEC dapat menyebar dengan menyentuh hewan yang terinfeksi atau kotoran secara langsung, serta bersentuhan dengan orang yang sakit. Infeksi ini juga bisa menyebar melalui air yang terkontaminasi, baik melalui air minum yang terkontaminasi atau tidak sengaja menelannya saat berenang.
Dr Clarke mengatakan bukan hanya E coli yang perlu diwaspadai, tetapi hal-hal buruk lainnya seperti cacing pita dan hepatitis. Seseorang mungkin bisa mengalami mual, diare, sakit perut selama lebih dari dua minggu, kehilangan berat badan tanpa sebab, dan ruam gatal bisa disebabkan cacing gelang, cacing tambang, atau cacing pita.
Bisa juga kondisi kondisi ini terjadi saat seseorang mengalami hepatitis, dengan gejala nyeri otot, demam, sakit perut, kulit gatal, dan kehilangan nafsu makan.
Soal Kualitas Air di Sungai Seine
Profesor Paul Hunter, seorang ahli penyakit menular terkenal dari University of East Anglia, yang sebelumnya bertugas di kelompok penasihat ahli Organisasi Kesehatan Dunia tentang kualitas air rekreasi, mengatakan bahwa E coli di Seine 'tidak akan membuat sakit'.
"E coli yang dilaporkan di Sungai Seine sendiri bukanlah penyebab kekhawatiran yang besar. Kita masing-masing membawa miliaran E coli di usus kita yang kita keluarkan ke lingkungan setiap kali kita mengeluarkan tinja," jelas Profesor Hunter.
"Kami memantau air yang digunakan untuk keperluan rekreasi terhadap E coli bukan karena organisme ini berbahaya bagi kita, tetapi karena jika kami menemukannya dalam jumlah yang cukup, itu berarti ada pencemaran tinja di dalam air," sambungnya.
Menurut Profesor Hunter, jika pencemaran tinja terjadi, perairan itu mungkin mengandung kuman lain yang membuat orang sakit, seperti Norovirus atau Campylobacter.
Namun, ada E coli yang sangat dikhawatirkan yakni STEC. Tetapi, pada umumnya bakteri ini tidak terdeteksi oleh tes yang digunakan untuk pengujian E coli di perairan rekreasi.
Hal itu dapat terjadi karena jumlahnya yang sangat kecil, sehingga sulit untuk mendeteksi meski terbukti mencemari perairan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kata Ahli soal Risiko E Coli, Bakteri yang Cemari Sungai Seine di Olimpiade Paris 2024"