Hagia Sophia

19 March 2025

Kisah Ibu Tiga Anak Idap Penyakit Ginjal Kronis

Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Asawin_Klabma)

Seorang ibu tiga anak asal Bradford, Hafsa Begum, menceritakan kisahnya tentang perjuangan melawan penyakit ginjal kronis. Ia baru menyadari mengidap penyakit tersebut setelah muncul gejala pada urinenya, yang mendorongnya untuk segera mengunjungi dokter pada Mei 2023.

Hafsa Begum menjalani kehidupan yang aktif bersama keluarganya sebelum ia tiba-tiba mulai mengalami gejala-gejala yang menyebabkan ia harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan dan didiagnosis mengidap trombosis ginjal.

"Jika saya tidak mengunjungi dokter umum saat itu, ada risiko gumpalan darah yang memengaruhi ginjal saya dapat mengancam jiwa, memengaruhi otak, paru-paru, atau jantung saya. Menyadari gejala-gejala saya memungkinkan saya menerima perawatan dialisis dan merencanakan transplantasi ginjal," kata Hafsa, dikutip dari Kidney Research UK.

Awalnya, Hafsa merasakan gejala saat dirinya sedang bekerja. Ia mengalami gejala berupa adanya darah di dalam urine, nyeri di pinggang, dan jantung berdebar-debar.

Menyadari ada yang tak beres pada kondisinya, ia segera mengunjungi dokter umum. Dokter pun menyarankannya untuk menjalani tes darah, yang kemudian menunjukkan bahwa fungsi ginjalnya telah menurun secara drastis.

Ibu tiga anak itu kemudian dirawat di rumah sakit untuk menjalani berbagai tes, termasuk pemindaian, dan biopsi.

"Sementara dokter mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Itu sangat menakutkan," imbuhnya.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa Hafsa mengidap trombosis ginjal, yaitu kondisi saat gumpalan darah terbentuk di salah satu pembuluh darah yang menyaring darah dari ginjal. Kondisi tersebut membuatnya mengalami Acute Kidney Injury (AKI) atau cedera ginjal akut.

Dokter berhasil menstabilkan fungsi ginjal Hafsa pada 19 persen dan memulangkannya dari rumah sakit. Namun, pada awal tahun 2024, kondisinya kembali memburuk. Muntah, mual, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan menjadi tanda-tanda bahwa Hafsa mengidap penyakit ginjal kronis.

Pada Maret 2024, ginjalnya gagal berfungsi, sehingga dialisis atau cuci darah menjadi prosedur penting untuk mempertahankan hidupnya. Selama setahun terakhir, Hafsa menjalani dialisis yang menyelamatkan nyawanya di rumah sakit, tiga kali seminggu, selama tiga setengah jam setiap kalinya.

"Orang-orang tidak menyadari dampak dialisis terhadap hidup Anda. Dialisis itu menyakitkan, melelahkan, dan menyebabkan sakit kepala. Saya sangat terkuras oleh sesi-sesi saya sehingga, pada hari-hari itu, saya tidak dapat berpartisipasi dalam kehidupan dan harus tidur untuk memulihkan diri," katanya.

"Tim perawatan kesehatan saya telah menyesuaikan perawatan saya berkali-kali, tetapi tubuh saya tidak dapat terbiasa dengannya. Saya selalu pulang dengan gejala-gejala seperti tekanan darah tinggi, pusing, kepala terasa ringan, kelelahan, dan telinga berdenging. Saya merasa sangat kedinginan dan tidak bisa berhenti menggigil. Kadang-kadang tulang dan otot saya terus-menerus terasa nyeri dan sulit untuk tidur nyenyak," sambungnya lagi.

Dialisis akan terus menjadi satu-satunya pilihan Hafsa sampai dia menerima transplantasi ginjal yang dapat mengubah hidupnya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Wanita Ini Kena Penyakit Ginjal Kronis, Awalnya Keluhkan Gejala yang Muncul di Urine"