Hagia Sophia

29 November 2024

Singapura Sebar Nyamuk Berwolbachia untuk Cegah DBD

Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/PongMoji)

Singapura bakal melepas nyamuk ber-wolbachia yang menyasar sekitar 50 persen dari semua rumah tangga di Singapura. Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Hidup Grace Fu menjelaskan sasarannya akan menjangkau sekitar 800 ribu rumah tangga di Singapura pada 2026.

"Diprioritaskan pada daerah-daerah yang berisiko mengalami wabah demam berdarah besar," kata Fu, dikutip dari Channel News Asia, Senin (25/11/2024).

Singapura telah secara bertahap melepaskan nyamuk berwolbachia di seluruh wilayah sejak 2016. Di bawah proyek tersebut, nyamuk aedes aegypti jantan yang membawa bakteri wolbachia dilepaskan untuk kawin dengan nyamuk aedes betina.

Nyamuk jantan tidak menggigit dan tidak dapat menularkan penyakit karena mereka hanya memakan sari tanaman, seperti nektar.

Pihak berwenang melakukan studi lapangan multilokasi sejak Juli 2022 untuk menentukan dampak teknologi wolbachia terhadap kasus dan klaster demam berdarah, serta pengaruhnya terhadap populasi aedes.

Data terbaru dari studi lapangan multilokasi yang telah selesai menunjukkan penduduk lokasi pelepasan wolbachia-aedes sekitar 75 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi demam berdarah (DBD) karena adanya penurunan populasi nyamuk aedes aegypti sebesar 80 hingga 90 persen.

Temuan ini konsisten dengan hasil uji coba sebelumnya. "Kami juga menemukan penduduk yang tinggal di lokasi non-pelepasan yang berdekatan dengan lokasi pelepasan memiliki kemungkinan 45 persen lebih kecil untuk tertular demam berdarah dibandingkan dengan mereka yang tinggal di sektor tanpa pelepasan," jelasnya.

"Dampak ini menunjukkan bahwa masyarakat sekitar juga akan mendapat manfaat dari pelepasan," lanjut dia.

Fu mencatat lonjakan kasus demam berdarah yang diharapkan pada pertengahan 2023 dan 2024 sebagian besar terkendali, meskipun kasus DBD memiliki dasar tinggi, kekebalan populasi rendah, dan jumlah nyamuk tinggi di beberapa daerah non-pelepasan.

"Cakupan wolbachia, bersama dengan kewaspadaan masyarakat yang kuat dan berkelanjutan terhadap perkembangbiakan, kemungkinan besar telah membantu mencegah wabah besar," katanya.

"Setelah enam dekade upaya berkelanjutan untuk mencegah dan mengendalikan demam berdarah, seseorang yang tinggal di Singapura saat ini memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih kecil untuk tertular infeksi demam berdarah pertama kali dibandingkan dengan tahun 1960-an," katanya.

Namun, ia mencatat bahwa sebagian besar penduduk belum pernah terkena demam berdarah (DBD).

"Kekebalan populasi yang rendah ini, bersama dengan kondisi iklim yang mendukung perkembangbiakan nyamuk dan keberadaan virus dengue yang terus berlanjut, membuat kita masih rentan terhadap wabah besar," imbuhnya.

Hingga 16 November, Singapura telah melaporkan 13.057 kasus dengue pada 2024, dibandingkan dengan total 9.949 pada 2023, dan 32.173 pada tahun 2022.

"Wawasan dari studi perilaku nyamuk kini memandu strategi penerapan kami, dan integrasi otomatisasi ke dalam operasi produksi dan pelepasan telah meningkatkan kapasitas internal kami hingga 40 kali lipat dibandingkan dengan proses manual yang kami mulai," imbuh menteri tersebut.

"Investasi selama satu dekade dalam penelitian dan pengembangan ini sangat penting untuk mempelajari cara menerapkan teknologi secara efektif dan efisien, dan membentuk fondasi yang kuat untuk peningkatan lebih lanjut."

Pada bulan Oktober, Singapura juga mengumumkan perluasan proyek wolbachia ke lima lokasi tambahan, Serangoon Central, Serangoon North, Jurong East, Jurong West, dan perluasan lokasi studi yang sudah ada di Hougang.

Proyek wolbachia saat ini mencakup lebih dari 520.000 rumah tangga, atau sekitar 35 persen rumah tangga di Singapura. Jumlah ini akan meningkat menjadi 580.000 rumah tangga pada kuartal pertama 2025.

Fu mengatakan pihak berwenang akan meningkatkan kapasitas di dua fasilitas produksi nyamuk wolbachia yang sudah ada dan membangun fasilitas ketiga.

Sejauh ini, teknologi wolbachia telah digunakan di Singapura untuk menekan kasus DBD tetap rendah.

"Jika efektif, penerapan wolbachia baru ini sebagai alat manajemen klaster dapat melengkapi operasi respons wabah tradisional," kata Fu.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cegah DBD, Singapura Sebar Nyamuk Berwolbachia di Nyaris 50 Persen Populasi"