Hagia Sophia

03 November 2022

Untuk Hemat Biaya Produksi, Oknum Produsen Diduga Ganti Bahan Baku

Ketua IDAI dr Piprim B Yanuarso (Foto: Rosmha Widiyani/detikHealth)

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim B Yanuarso, SpA(K), menanggapi keterkaitan kasus gagal ginjal akut dengan pemanfaatan bahan baku pelarut berkualitas rendah oleh oknum produsen obat.

Ia mensinyalir hal itu dilakukan untuk menghemat biaya produksi obat.

"Saya apresiasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena bisa membuktikan bahan baku obat yang tercemar," ungkap dr Piprim dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI Selasa (2/11/2022).

Dalam penjelasannya, dr Piprim mengatakan pemanfaatan bahan baku yang memiliki kualitas rendah berpotensi tercemar senyawa kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti etilen glikol (EG) maupun dietilen glikol (DEG). Adanya kedua cemaran itu hingga kadar tertentu tidak sesuai ketentuan produk farmasi.

"Rupanya, kasus ini seperti sejarah. Pernah terjadi di Bangladesh pada 1990-an. Saat itu karena motifnya penghematan dengan biaya sepersepuluh dari biaya normalnya," kata dr Piprim.

Menurutnya, sangat masuk akal jika kejadian serupa terjadi di Indonesia. Adanya cemaran EG dan DEG yang tinggi dikaitkan dengan perubahan sumber bahan baku yang lebih murah.

"Kalau yang meninggal sampai ratusan dan ini sudah dinyatakan sebagai tindakan kejahatan kemanusiaan, kami menuntut ini dihukum seadil-adilnya. Jangan sampai hanya lima tahun dan sebagainya," jelasnya.




















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Obat Sirup Tercemar EG, IDAI Ungkit Kasus Serupa di Bangladesh Tahun 1990-an"