Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Foto: Agung Pambudhy |
Kementerian Kesehatan RI membeberkan proses panjang dalam penanganan gagal ginjal akut. Sempat mengira berkaitan dengan infeksi, hingga mengerucut ke cemaran Etilen Glikol dan Dietilen Glikol.
Dalam proses tersebut, diakui sempat ada 'miss' dalam merespons kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia. Pasalnya, pada awal temuan kasus gagal ginjal akut pada anak di Agustus 2022, sempat ada dugaan kasus tersebut berkaitan dengan COVID-19.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ia menyebut, awalnya pihaknya menduga kasus gagal ginjal akut tersebut dipicu oleh virus atau bakteri, bukan racun layaknya cemaran etilen glikol pada produk obat cair yang kini telah dikuak BPOM.
"Sebenarnya kita yang agak, kalau saya bilang agak miss, kita begitu Agustus tahu, tanggal 9 September kita meeting, 10 undang semuanya, kita agak spent waktu 3 minggu karena kita mengejarnya dugaan kita yaitu patologi, penyebabnya itu virus, bakteri, atau parasit. Kenapa? Ya kita baru lepas dari COVID, kemudian kedua kemarin kena ada acute untuk hati," ungkapnya dalam siaran langsung YouTube Komisi IX DPR RI Channel, Rabu (2/11/2022).
Lantaran ada dugaan gangguan ginjal akut dipicu oleh virus dan bakteri, pihak Kemenkes RI mengupayakan pencarian penyebab dengan PCR dan genome sequencing. Saat itu, belum ada gambaran potensi gangguan ginjal tersebut disebabkan cemaran racun pada sejumlah produk obat sirup.
"Jadi kita cari 3 minggu pakai panel yang lengkap, (memakai) PCR, genome sequence, kita nggak ketemu 3 minggu. Terus terang. Dengan para ahlinya. Ahli dari farmakologi, ahli patologi, teman-teman dari RSCM, kita cari, nggak ketemu," ungkap Menkes lebih lanjut.
"Baru setelah ada di Gambia, WHO ngomong 5 Oktober kita cepat switch sehingga tanggal 18 Oktober jadi 1,5 bulan setelah kita mengetahui ada lonjakan kita bisa mengeluarkan surat larangan itu," sambungnya.
Kini, cemaran etilen glikol pada sejumlah produk obat sirup diduga kuat menjadi biang kerok ratusan kasus gangguan ginjal akut pada anak di Indonesia. Data terakhir per Selasa (1/11), Indonesia mencatat total 325 pasien gagal ginjal akut, 179 pasien di antaranya meninggal dunia.
"Apakah bisa lebih cepat dari 1,5 bulan? Seharusnya kalau kita langsung ketemu, mungkin bisa jadi 3 atau 4 minggu. Tetapi waktu itu memang teman-teman para ahli itu endingnya pertama kali itu disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit. Jadi kita analisisnya patogen, bukan toksikologi," pungkas Menkes.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Gagal Ginjal Akut RI Muncul Agustus, Ini Proses Panjang Mencari Penyebabnya"