Hagia Sophia

05 January 2025

Kondisi Gagal Jantung yang Sering Tidak Disadari oleh Wanita

Foto: Getty Images/Abdullah Durmaz

Ada masalah jantung yang kerap tak disadari wanita yakni stenosis aorta. Kondisi ini umumnya memicu gejala seperti sesak napas, nyeri dada, pusing, hingga detak jantung tidak teratur atau palpitasi, dan bisa berujung pingsan.

Namun, keluhan pada wanita bisa relatif berbeda.

"Wanita memiliki gejala yang lebih atipikal, seperti rasa lelah, atau hanya pusing tanpa pingsan. Mereka mungkin juga meremehkan gejalanya," kata Asisten Profesor Ho Kay Woon, konsultan senior di departemen kardiologi NHCS, yang merawat pasien dengan kondisi tersebut.

Inilah sebabnya mengapa gejala sering diabaikan oleh pasien wanita dan bahkan terabaikan oleh dokter, sehingga kondisi tersebut didiagnosis pada stadium parah.

Kondisi ini bisa berbahaya, karena pada akhirnya dapat menyebabkan gagal jantung, jika tidak diobati. "Untuk pasien stadium lanjut, begitu gejala berkembang, waktu bertahan hidup rata-rata (tanpa operasi) adalah sekitar dua hingga lima tahun," kata Assoc Prof Ho.

Kondisi Umum yang Jarang Terdeteksi

Stenosis aorta menyumbang dua hingga tiga persen dari semua kondisi jantung di dunia, dan paling umum terjadi pada mereka yang berusia tujuh puluhan dan delapan puluhan.

"Sekitar tiga persen di atas usia 70 tahun akan mengalami kondisi ini. Persentase ini meningkat menjadi sekitar 10 persen untuk pasien berusia 80 tahun ke atas," tambahnya.

"Dengan populasi yang menua, serta meningkatnya harapan hidup di Singapura, kami perkirakan jumlah kasus stenosis aorta akan meningkat."

Usia meningkatkan risiko stenosis aorta karena, seiring bertambahnya usia, endapan kalsium dapat menumpuk pada katup, menyebabkan penebalan. Stenosis aorta sering tidak terdeteksi kecuali pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dengan dokter umum.

"Ini karena pasien mungkin sama sekali tidak memiliki gejala apa pun, terutama pada tahap awal kondisi tersebut," jelas Prof Ho.

Prof Ho menyarankan agar para wanita memeriksakan kesehatannya ke dokter umum setidaknya setahun sekali, tidak hanya untuk memeriksa stenosis aorta, tetapi juga untuk mendeteksi berbagai kondisi medis yang mungkin muncul seiring bertambahnya usia, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.

Dalam kasus stenosis aorta, jika murmur jantung terdeteksi, diagnosis perlu dikonfirmasi melalui ekokardiogram, USG jantung. Pasien kemudian akan dirujuk ke dokter spesialis jantung untuk ditindaklanjuti.

Diagnosis dini bermanfaat karena memungkinkan dokter untuk membantu pasien mengelola kondisi apa pun yang menyebabkan endapan kalsium, mengendalikan kadar kolesterol, dan merekomendasikan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, untuk memperlambat perkembangan penyakit.

Obat untuk stenosis aorta dapat mencakup diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan dalam tubuh, serta obat-obatan lain untuk menurunkan denyut jantung, mengurangi tekanan darah, dan membantu pembuluh darah terbuka lebih lebar. Obat-obatan ini terutama untuk mengelola gejala dan mencegah komplikasi. Obat-obatan ini tidak dapat menghentikan perkembangan penyakit. Oleh karena itu, dokter akan memantau pasien dengan beberapa pemindaian jantung dari waktu ke waktu.

Kurangi faktor risiko dengan mengendalikan tekanan darah dan kolesterol, berhenti merokok, dan lakukan pemeriksaan rutin. "Hal ini mencegah mereka dari diagnosis yang terlambat sehingga stenosis aorta dapat memengaruhi fungsi jantung secara permanen," katanya.

"Beberapa pasien mengabaikan gejala-gejala, berharap kondisinya akan membaik hanya dengan pengobatan saja. Namun, kondisi ini bersifat progresif. Kondisi ini tidak membaik dengan sendirinya, dan ketika akhirnya menjadi parah, pengobatan perlu dilakukan," tambahnya.

Salah seorang pasien yang dirawat oleh Assoc Prof Ho mengalami sesak napas dan didiagnosis dengan stenosis aorta parah. Namun, ia meremehkan gejala-gejalanya dan menolak operasi selama dua hingga tiga tahun.

"Kondisinya semakin memburuk, dan saat kami memeriksanya lagi, ia sakit parah dan dirawat di rumah sakit dengan tekanan darah rendah dan penumpukan cairan di paru-paru," kenangnya.

Untungnya bagi pasien ini, Prof. Ho dan timnya mampu mempercepat operasi, melakukannya dengan sukses, dan kini pasien tersebut dalam keadaan sehat. Pasien yang menunda operasi terlalu lama dapat meningkatkan risiko operasi karena kondisi mereka semakin parah dan usia mereka bertambah, jelas Prof. Ho.

"Penting untuk meningkatkan kesadaran karena tersedia pengobatan yang efektif," katanya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kondisi yang Tak Disadari Picu Gagal Jantung pada Wanita"