Riset mengungkap fakta-fakta mati suri (Foto: Getty Images/iStockphoto/sezer66) |
Sebuah riset ilmiah mempelajari pengalaman mati suri atau Near-death Experience (NDE) sejumlah pasien kritis. Pengamatan selama setahun setelahnya menunjukkan tidak ada perubahan kualitas hidup yang signifikan.
Riset yang dipublikasikan di jurnal Critical Care ini menganalisis 126 pasien Intensive Care Unit (ICU) selama lebih dari sepekan di University of Liege, Belgia. Sebagian dirawat karena menjalani operasi.
Di antara para pasien, sebanyak 15 persen atau 19 orang mengalami NDE atau mati suri. Para ilmuwan mewawancara mereka 3-7 hari setelah meninggalkan rumah sakit, seputar pengalaman disosiatif yang terjadi.
Pada wawancara awal, mereka yang mengalami mati suri mengaku punya kecenderungan mengalami gejala disosiatif seperti sedikit mengalami nyeri, tidak yakin dengan identitas, dan peningkatan kesejahteraan personal dan spiritual.
Selang setahun kemudian, para pasien kembali menjalani wawancara. Hasilnya, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap kualitas hidup yang umumnya dikaitkan dengan emosi negatif.
Dikutip dari Express.co.uk, Bruce Greyson yang menciptakan skala NDE dan digunakan dalam penelitian ini, 10-20 persen orang yang mengalami henti jantung atau cardiac arrest juga mengalami mati suri. Dibandingkan populasi secara keseluruhan, angkanya sekitar 5 persen.
"Pengalaman yang sangat nyata dan terkadang mengubah hidup, kadang terjadi di bawah kondisi psikologis yang ekstrem seperti trauma yang mengancam jiwa, henti jantung, dan anestesi dalam," katanya mendefinisikan NDE.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pengalaman Mati Suri Bikin Kualitas Hidup Berubah? Riset Ini Ungkap Faktanya"