Penyakit Kuno Mengerikan Muncul Lagi di AS. Foto: Wikimedia Commons |
Dahulu kala, bajak laut, penjelajah, dan pelaut di Amerika Serikat (AS) terserang penyakit misterius yang menyebabkan mereka menderita kematian secara perlahan dan menyakitkan. Kini, penyakit tersebut kembali muncul, di tempat-tempat yang paling tidak diduga.
Kudis, nama penyakit tersebut, disebabkan oleh kekurangan vitamin C, yang umumnya terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Gejala awal penyakit ini antara lain kelelahan, mual, dan nyeri sendi, namun kemudian dapat menyebabkan gusi bengkak, memar parah, rambut rusak, dan pendarahan pada sendi dan otot.
Pada anak-anak, hal ini dapat mempengaruhi tulang sehingga menyebabkan pertumbuhan terhambat. Dalam kasus terburuk, penyakit kudis dapat menyebabkan kematian akibat komplikasi seperti pendarahan internal. Untungnya, penyakit kudis sebenarnya mudah diobati dengan menambah jumlah vitamin C dalam makanan.
Meskipun penyakit kudis pertama kali didokumentasikan pada tahun 1550 SM oleh orang Mesir kuno, penyakit kudis mungkin paling terkenal karena dampaknya terhadap pelaut abad ke-18. Berada di laut dalam waktu yang lama menyebabkan kurangnya buah dan sayuran segar untuk dimakan, sehingga penyakit ini menyerang para bajak laut, dan berdampak parah pada Angkatan Laut Kerajaan Inggris, yang para pelautnya lebih mungkin terbunuh oleh penyakit seperti kudis dibandingkan karena pertempuran. Faktanya, penyakit kudis dianggap sebagai penyebab kematian terbesar di laut, melampaui badai dahsyat, kapal karam, pertempuran, dan penyakit lainnya.
Penyakit ini juga berdampak pada berbagai penjelajah, seperti ekspedisi Discovery tahun 1901 yang dilakukan Robert Falcon Scott ke Antartika, sebelum ekspedisi naas tahun 1910 yang menyebabkan kematiannya. Meskipun Scott menentang pembantaian penguin, timnya yang menangani penyakit kudis menemukan bahwa memakan anjing laut segar dan daging penguin dapat memperbaiki gejala mereka secara signifikan.
Saat ini, penyakit kudis banyak ditemui di negara-negara berkembang, tempat malnutrisi paling umum terjadi. Namun penyakit kudis tampaknya muncul kembali di negara-negara yang masyarakatnya seharusnya memiliki akses terhadap banyak makanan kaya vitamin C.
Kejadian ini dieksplorasi dalam film dokumenter baru berjudul Vitamania. Dokter medis Eric Churchill, yang berpraktik di Springfield, Massachusetts, dan tampil dalam film tersebut, menjelaskan bahwa timnya sendiri telah mendiagnosis antara 20 hingga 30 kasus penyakit kudis baru selama enam tahun terakhi, jumlah yang sangat tinggi.
"Banyak orang kesulitan membeli makanan cenderung memilih makanan yang tinggi lemak, berkalori tinggi, dan sangat mengenyangkan," kata Churchill dalam film dokumenter tersebut seperti dikutip dari IFL Science.
"Jika Anda memiliki anggaran makanan yang terbatas, makanan itulah yang akan membuat Anda kenyang dan lebih memuaskan Anda daripada makan buah dan sayur," sambungnya.
Oleh karena itu, mereka yang berstatus sosial-ekonomi rendah di negara-negara kaya adalah mereka yang terkena dampak penyakit gizi ini, dan ini adalah masalah yang perlu diatasi.
"Scurvy (kekurangan vitamin C) menonjol dalam pikiran kita sebagai sesuatu yang sangat mendasar dan mudah untuk dihindari, namun orang-orang ini akhirnya menjadi korban penyakit yang seharusnya tidak ada di negara maju," kata Churchill.
Berbagai spesies di dunia hewan, seperti lemur dan kukang, dapat memproduksi vitamin C sendiri. Sayangnya, manusia tidak dapat memproduksinya, sehingga pola makan kita sangatlah penting. Dan bukan hanya kekurangan buah dan sayur yang bisa menyebabkan penyakit kudis, cara kita memasaknya juga bisa berdampak. Sayuran yang dimasak terlalu lama dapat merusak vitamin penting di dalamnya.
Untuk diketahui, sumber vitamin C yang sangat baik di antaranya termasuk tomat, jeruk, paprika, jambu biji, stroberi, dan ketumbar.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Penyakit Kuno Mengerikan Muncul Lagi di AS"