Hagia Sophia

20 December 2024

Tokyo Akan Terapkan 4 Hari Kerja dalam Seminggu untuk Atasi Krisis Populasi

Warga di Jepang. (Foto: Khadijah Nur Azizah/ detikHealth)

Ibu kota Jepang, Tokyo, bakal menerapkan empat hari kerja dalam seminggu untuk pegawai pemerintah. Ini dilakukan sebagai upaya untuk membantu para ibu yang bekerja dan meningkatkan angka kesuburan negeri Sakura itu.

Pemerintah Metropolitan Tokyo mengatakan peraturan baru tersebut akan dimulai pada April 2025. Nantinya, setiap karyawan akan diberikan libur tiga hari setiap minggunya.

"Kami akan meninjau gaya kerja dengan fleksibilitas, memastikan tidak seorang pun harus meninggalkan karier mereka karena kejadian dalam hidup seperti melahirkan atau mengasuh anak," kata Gubernur Tokyo Yuriko Koike saat ia mengungkap rencana tersebut dalam pidato kebijakan.

"Sekaranglah saatnya bagi Tokyo untuk mengambil inisiatif untuk melindungi dan meningkatkan kehidupan, mata pencaharian, dan ekonomi rakyat kita selama masa-masa yang penuh tantangan bagi negara ini," tambahnya yang dikutip dari CNN.

Diketahui, angka kelahiran di Jepang mengalami penurunan tajam selama bertahun-tahun. Penurunan ini mencapai rekor terendah pada bulan Juni, saat pemerintah tengah meningkatkan upaya untuk mendorong kaum muda untuk menikah.

Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, hanya 727.277 kelahiran yang tercatat tahun lalu, dengan angka kelahiran turun ke titik terendah baru yaitu 1,2. Agar populasi tetap stabil, diperlukan angka kelahiran sebesar 2,1.

Sejauh ini, pemerintah Jepang telah membuat serangkaian kebijakan untuk memulihkan krisis populasi, termasuk memastikan para pria mengambil cuti ayah. Banyak sosiolog yang mengaitkan angka kelahiran yang terus menurun dengan budaya kerja Jepang yang tidak kenal ampun dan meningkatnya biaya hidup.

Jam kerja yang melelahkan sudah lama menjadi masalah bagi perusahaan di Jepang, yang membuat para pekerjanya sering mengalami masalah kesehatan. Salah satu yang paling ekstrem adalah 'karoshi', istilah yang berarti kematian karena terlalu banyak bekerja.

Seperti di negara lain, perempuan sering kali berada di bawah tekanan untuk memilih antara karier atau keluarga. Tetapi, budaya kerja lembur yang unik di Jepang membuat kehamilan dan membesarkan anak menjadi sangat menakutkan.

Peralihan empat hari kerja ini memicu minat yang makin besar di Barat. Beberapa perusahaan mulai mengeksplorasi jam kerja yang dipadatkan untuk mencari keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal itu meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas di antara para pekerja. Namun, ide tersebut masih dianggap radikal bagi perusahaan-perusahaan Jepang, yang sering kali menyamakan waktu yang dihabiskan di tempat kerja dengan loyalitas terhadap perusahaan.

Tokyo bukanlah satu-satunya tempat di Asia yang menerapkan kebijakan yang lebih ramah keluarga. Awal tahun ini, Singapura membuat pedoman baru yang mengharuskan semua perusahaan untuk mempertimbangkan permintaan karyawan untuk pengaturan kerja yang fleksibel.

Itu dapat mencakup minggu kerja empat hari atau jam kerja yang fleksibel.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Atasi Krisis Populasi, Tokyo Bakal Terapkan Aturan 4 Hari Kerja dalam Seminggu"