Hagia Sophia

25 April 2025

Dokter Kewalahan Tangani Pasien Akibat Polusi Udara yang Makin Parah di Pakistan

Polusi udara. (Foto: AP/K.M. Chaudary)

Polusi udara di Pakistan makin mengkhawatirkan. Tepatnya di Punjab, provinsi dengan penduduk terpadat di sana, mencatat lebih dari 11 juta anak usia di bawah lima tahun terpapar udara beracun setiap hari.

Pemantau kualitas udara milik Swiss, IQAir, juga sering menempatkan Lahore, ibu kota Punjab, di antara tiga kota paling tercemar di dunia, dengan indeks kualitas udara sering kali melebihi 100, atau masuk kategori tidak sehat.

Selain itu, jumlah harian PM2,5 atau polutan udara partikulat halus yang berbahaya bagi kesehatan, juga kerap berada di atas pedoman aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 15 mikrogram per meter kubik.

Badan kesehatan global tersebut menekankan polusi udara sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan anak-anak.

Siswa-siswi di ibu kota provinsi-provinsi Pakistan telah menyampaikan keluhan polusi udara kian menyakiti mata mereka.

"Banyak yang tidak menyadari bahwa kualitas udara yang buruk tidak hanya membahayakan paru-paru," kata salah satu siswa, Kashaf Zahra.

"Di Lahore, banyak (siswa) yang mengalami gangguan penglihatan. Saat terpapar udara yang tercemar ini, partikel berbahaya dapat masuk ke mata," lanjutnya, dikutip dari CNA.

Beberapa sekolah di kota tersebut memasang air purifier untuk menjaga kesehatan siswa kota dan mengambil tindakan pencegahan seperti membatasi aktivitas luar ruangan.

Para dokter di kota tersebut mengatakan mereka semakin kewalahan, dengan membludaknya pasien yang mencari pengobatan untuk gejala pernapasan di tengah kualitas udara buruk.

Muhammad Israr misalnya, seorang dokter di Institut Ilmu Kedokteran Pakistan yang merawat 50 pasien dalam sehari, mengatakan paparan alergen sangat berbahaya bagi anak-anak di bawah lima tahun dan orang-orang di atas 50 tahun.

Ancaman yang ditimbulkan oleh udara beracun telah mendorong kelompok masyarakat seperti Pakistan Air Quality Initiative, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan polusi udara, untuk bertindak.

Pendirinya Abid Omar telah menyebarkan 150 sensor kualitas udara berbiaya rendah di seluruh negeri untuk memperkuat jaringan pemantauan kualitas udara Pakistan.

Sensor tersebut mengumpulkan data, mengidentifikasi penyebab, dan membantu memandu strategi pengendalian polusi.

Selama musim kabut asap tahun lalu, kelompok tersebut juga merekomendasikan tiga inisiatif kepada pemerintah untuk mengekang polusi: mengendalikan emisi kendaraan, menutup industri yang tidak patuh, dan menutup pabrik batu bata.

Omar mengatakan penerapan tiga tindakan tersebut dapat membantu tingkat polusi udara perkotaan turun hingga 45 persen.

Pemerintah Pakistan telah meluncurkan Program Udara Bersih Nasional untuk meningkatkan kualitas udara, dengan Bank Dunia baru-baru ini menyetujui pinjaman sebesar USD 300 juta untuk membantu negara tersebut membersihkan udara di provinsi Punjab.

Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan tutupan hutan dan meningkatkan kesadaran publik tentang polusi.

Para pemerhati lingkungan juga menyerukan jaringan transportasi umum yang lebih kuat untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan meningkatkan kualitas udara di negara tersebut.

Mereka mengatakan polusi harus diperlakukan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat, bukan sekadar ketidaknyamanan kronis.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Polusi Udara Pakistan Makin Parah, Dokter Kewalahan Hadapi Membludaknya Pasien"