Hagia Sophia

26 July 2025

Kasus Campak Mendadak Melonjak di Singapura, Inikah Penyebabnya?

Ilustrasi campak. (Foto: iStock)

Singapura melaporkan peningkatan jumlah kasus campak tahun ini, dengan 14 infeksi hingga pekan terakhir 12 Juli 2025, dibandingkan dengan 11 kasus sepanjang 2024 dan delapan kasus pada 2023.

Dari 14 kasus tersebut, lima di antaranya terinfeksi lewat transmisi lokal. Kelimanya adalah orang dewasa, satu telah divaksinasi campak lengkap, sementara status vaksinasi empat lainnya tidak diketahui, demikian penjelasan Badan Penyakit Menular Singapura pada Rabu (23/7/2025).

Sembilan orang lainnya tertular campak di luar negeri.

"Meskipun jumlah kasus yang tercatat tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu, jumlahnya lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelum COVID, yaitu 2015 hingga 2019, ketika jumlah kasus berkisar antara 25 hingga 93 kasus selama periode yang sama," ujar otoritas setempat menanggapi pertanyaan CNA di tengah peningkatan kasus secara global.

Amerika Serikat pada 2025 mencatat epidemi campak terburuk dalam lebih dari 30 tahun.

Lebih dari 1.200 kasus telah terkonfirmasi sejak awal tahun di hampir 40 dari 50 negara bagian AS, dengan Texas menyumbang lebih dari 60 persen wabah, menurut Universitas Johns Hopkins.

Kanada, yang secara resmi memberantas campak pada 1998, telah kembali mencatat lebih dari 3.500 kasus tahun ini.

Di Asia Tenggara, Filipina melaporkan lebih dari 2.000 kasus per 10 Mei, sementara Vietnam mencatat lebih dari 81.000 kasus suspek per Mei, menurut UNICEF.

Risiko Wabah di Singapura

CDA Singapura mencatat peningkatan kasus secara global disebabkan oleh menurunnya tingkat vaksinasi campak di beberapa negara dan wilayah.

"Mengingat posisi Singapura sebagai pusat perjalanan utama dan lonjakan kasus campak secara global dan regional sedang terjadi, kita dapat terus memperkirakan adanya kasus sporadis dan klaster kecil karena campak sangat mudah menular di antara individu yang tidak kebal," kata badan tersebut.

"Risiko wabah besar di masyarakat rendah mengingat cakupan vaksinasi Singapura yang tinggi di antara penduduk lokal. Oleh karena itu, tidak ada langkah-langkah kesehatan perbatasan tambahan yang akan diterapkan saat ini."

Campak adalah virus pernapasan yang sangat menular, menyebar melalui droplet ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau sekadar bernapas.

Campak merupakan penyakit yang wajib dilaporkan secara hukum di Singapura, yang berarti semua praktisi medis dan laboratorium diwajibkan untuk melaporkannya kepada Kementerian Kesehatan dalam waktu 24 jam sejak timbulnya kecurigaan klinis atau diagnosis laboratorium.

Singapura juga mewajibkan dua dosis vaksin campak, gondok, dan rubela (MMR) untuk anak-anak mulai usia 12 bulan.

CDA menyatakan vaksinasi tetap menjadi cara terbaik untuk melindungi diri dari campak, dengan tingkat efektivitas vaksin sekitar 97 persen dengan dua dosis vaksin campak.

"Meskipun mungkin masih ada kasus terobosan vaksin di antara orang yang telah divaksinasi, hal ini jarang terjadi," tambahnya.

Badan tersebut menyarankan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa tanpa bukti kekebalan campak untuk divaksinasi, terutama jika mereka berencana bepergian ke negara-negara yang sedang mengalami wabah.

"Untuk mencegah wabah dan melindungi anak-anak yang lebih muda yang belum divaksinasi, kami akan terus memastikan bahwa populasi kami memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi, dan kami menyarankan masyarakat untuk selalu memperbarui vaksinasi mereka," kata CDA.

Orang yang terinfeksi campak disarankan untuk mengisolasi diri, memakai masker, dan menghindari interaksi sosial hingga mereka tidak lagi menular.

Pelancong yang merasa tidak sehat harus memakai masker, segera mencari pertolongan medis, dan memberitahu dokter mereka tentang perjalanan mereka dan setiap paparan terhadap kasus campak, tambah otoritas Singapura.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Campak Mendadak Naik di Singapura, Inikah Pemicunya?"