Foto: Infografis detikcom/Mindra Purnomo |
Sinyal peringatan menyangkut kondisi ekonomi global semakin menguat lantaran inflasi yang begitu tinggi. Bahkan, peluang terjadinya resesi global telah mencapai 98,1%.
Kabar ini disampaikan oleh Ned Davis Research, berdasarkan model probabilitas yang diujikannya. Menurutnya, model resesi setinggi ini terakhir kali terjadi pada 2020, serta pada krisis keuangan global 2008 dan 2009.
"Ini menunjukkan bahwa risiko resesi global yang parah meningkat, untuk beberapa waktu di 2023," tulis ekonom di Ned Davis Research dikutip dari CNN, Kamis (29/09/2022).
Ketika bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed meningkatkan upayanya untuk mengendalikan inflasi, para ekonom dan investor semakin gelisah. Berdasarkan survei World Economic Forum dalam sebuah laporan pada Rabu lalu, 7 dari 10 ekonom mempertimbangkan resesi global agak mungkin terjadi.
Para ekonom mengharapkan adanya penyesuaian upah terhadap inflasi dengan harapan kemungkinan resesi akan menurun sepanjang sisa tahun. Lebih lanjut, lonjakan harga pangan dan energi yang menyebabkan kenaikan biaya hidup, turut mendatangkan kekhawatiran akan terjadinya kerusuhan.
Sebanyak 79% ekonom yang disurvei memperkirakan kenaikan harga memicu kerusuhan sosial di negara-negara berpenghasilan rendah, dibandingkan di negara-negara berpenghasilan tinggi yang hanya 20%.
Para investor pun turut merasakan kegelisahan, yaitu pada Senin kemarin, Dow Jones Industrial Average tenggelam ke bear market untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.
"Kasus utama kami adalah pendaratan keras pada akhir 2023. Saya akan terkejut jika kita tidak mengalami resesi di 2023," kata miliarder Stanley Druckenmiller.
Bahkan, pejabat Federal Reserve, telah mengakui adanya risiko penurunan yang semakin besar. Namun, ada titik terang terutama untuk AS.
Secara historis sejak 1969, pasar tenaga kerja AS tetap kuat dengan tingkat pengangguran mendekati level terendah. Hal ini didukung oleh konsumen yang terus membelanjakan uang dan keuntungan perusahaannya.
Dengan berkaca pada hal tersebut, ada harapan inflasi terburuk AS dalam 40 tahun terakhir ini akan mereda dalam beberapa bulan mendatang, karena suplai mengejar permintaan.
Para peneliti Ned Davis juga menambahkan, meskipun risiko resesi meningkat, model probabilitas resesi AS masih pada level terendah.
"Kami tidak memiliki bukti konklusif bahwa AS saat ini dalam resesi," tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
Artikel ini telah tayang di finance.detik.com dengan judul "Siap-siap! Ancaman Resesi Global Semakin Nyata, Ini Buktinya"