Foto: REUTERS/Tingshu Wang/File Photo/File Photo |
China mengklaim situasi COVID-19 di negaranya kini berada pada tingkah rendah. Mereka mengacu pada penurunan jumlah kunjungan pasien demam ke klinik, yang disebutnya menurun 40 persen selama Tahum Naru Imlek.
"Situasi epidemi secara keseluruhan di negara ini telah memasuki tingkat rendah, dan situasi epidemi di berbagai tempat terus mengalami tren penurunan yang stabil," kata juru bicara Komisi Kesehatan Nasional Mi Feng dalam jumpa pers pada hari Senin (30/1/2023), dikutip dari Channel News Asia.
Seiring momen liburan Tahun Baru Imlek, jumlah pelaku perjalanan domestik dan ineternasional meningkat tajam. Hal itu menyusul langkah pemerintah China yang mencabut aturan ketat penanganan virus Corona 'Zero-COVID' pada awal Desember lalu.
Seorang pejabat kementerian transportasi melaporkan pada periode liburan tersebut, jumlah pelaku perjalanan tahunan mencapai 892 juta pada 7 Januari dan 29 Januari, naik 56 persen dari 2022.
Beredar anggapan, pencabutan aturan ketat itulah yang memicu lonjakan COVID-19 besar-besaran di China, dengan gelombang infeksi yang menjangkit seluruh 1,4 miliar populasinya.
Seorang ilmuwan pemerintah terkemuka mengatakan pada 21 Januari bahwa 80 persen orang telah terinfeksi virus Corona. Berangkat dari angka tersebut, ilmuwan menyebut ada kemungkinan peningkatan kasus COVID-19 dalam beberapa bulan mendatang menurun.
Sebelumnya, beberapa ahli memperingatkan bahwa perjalanan Tahun Baru Imlek, yang dikenal sebagai migrasi manusia terbesar di dunia, akan memicu gelombang infeksi Corona di daerah pedesaan yang kurang siap lantaran fasilitas layanan kesehatannya terbatas.
Namun pada pekan lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mengklaim tidak ada peningkatan yang kasus COVID-19 signifikan selama liburan. Jumlah kasus dan kematian COVID-19 yang parah disebutnya telah menurun, dan tidak ada mutasi virus Corona baru yang teridentifikasi.
CDC juga mengatakan pekan lalu bahwa pasien COVID-19 dalam kondisi kritis di China turun 72 persen dari puncaknya awal bulan ini. Sementara itu, kasus kematian harian pasien COVID-19 di rumah sakit turun 79 persen dari puncaknya.
Beberapa ahli global menyebut angka kasus COVID-19 lapangan sebenarnya lebih banyak dibandingkan data yang dilaporkan pemerintah China. Pasalnya, pemerintah tidak menghitung pasien COVID-19 yang meninggal di rumah. Ditambah, beberapa dokter tidak disarankan untuk menyebut COVID-19 sebagai penyebab kematian.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "China Klaim Kasus COVID-19 Melandai, Nihil Lonjakan Pasca Libur Imlek?"