Hagia Sophia

11 January 2024

Vapers Terus Meningkat di Indonesia, Ini Alasan Orang Pilih Rokok Elektrik

Ilustrasi vape. (Foto: Getty Images/bymuratdeniz)


Vapers atau perokok elektronik dilaporkan terus meningkat di Indonesia. Kenaikannya tercatat mencapai 100 persen jika dibandingkan catatan di 2011 'hanya' 0,3 persen, sementara di 2018 prevalensinya berada di angka 10,9 persen.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Agus Dwi Susanto merinci lebih lanjut, pengguna vape dalam usia 15 tahun ke atas juga meningkat dalam 10 tahun terakhir. Bahkan, mengutip survei perusahaan data pasar dan konsumen Statista Consumer Insights periode Januari hingga Maret 2023, 25 persen masyarakat Indonesia pernah setidaknya menggunakan rokok elektronik satu kali.

"Ini angkanya lebih tinggi dari Swiss 16 persen, Amerika Serikat 15 persen, Inggris 13 persen," sorotnya dalam webinar daring, Selasa (9/1/2024).

Bukti pengguna vapers di Indonesia relatif tinggi juga didukung oleh laporan GATS 2021. Prof Agus menjelaskan 55,7 persen masyarakat Indonesia terpapar informasi rokok elektronik. Sebanyak 11,9 persen di antaranya pernah menggunakan vape, sementara 3 persen sisanya masih aktif memakai vape.

Kebanyakan dari mereka menggunakan vape disebut Prof Agus dilatarbelakangi empat hal. Pertama, menganggap kadar nikotin lebih rendah dari rokok konvensional. Ada 719 dari 937 subjek atau sekitar 76,7 persen dalam riset survey di 2021 memiliki anggapan tersebut.

Kedua, mereka memilih menggunakan vape dengan alasan banyak varian rasa. Adapula yang memakainya karena tertarik dengan trik asap. Sisanya, ikut-ikutan alias hanya berjalan dengan tren.

Bagaimana Tren Pengguna Vape di Anak SMA?

Dalam riset berbeda di 2019, alasan penggunaan vape di anak SMA tidak jauh berbeda, yakni menganggap rokok elektrik tidak jauh berbahaya dibandingkan rokok konvensional. Dianalisis dari 767 murid siswa SMA di Jakarta.

Para vapers di usia tersebut juga berpikir rokok elektrik tidak menyebabkan kanker. Tidak sedikit juga di antara mereka yang bisa mengakses tersebut dengan perizinan orangtua dan cukup uang untuk membeli rokok elektronik.

Hasil Studi di RSUP Persahabatan

Efek rokok elektrik sebetulnya sudah dilakukan sejumlah pakar termasuk di Indonesia. Riset di RSUP Persahabatan pada 71 subjek laki-laki, yakni 34 vapers dan 37 non-vapers menunjukkan keterkaitan adiksi nikotin.

Ditemukan 76,5 persen laki-laki pengguna vape regular mempunyai ketergantungan nikotin. Kadar nikotin juga dilaporkan ditemukan pada urine perokok elektronik yakni sebanyak 276,1 ng/ml.

Banyak kasus vapers juga dilaporkan mengalami penurunan fungsi paru, seperti catatan di riset 2021, 30 orang di Kabupaten Serdang, Sumatera Utara. Mengalami gangguan pada faal paru. Dari riset yang berbeda di 2021 pada Kabupaten Bondowoso, temuan yang tidak jauh berbeda juga dilaporkan wilayah setempat.

Sebanyak 39 dari 45 atau 86,7 persen responden memiliki volume tidal yang tidak normal. Tidal adalah volume udara yang masuk dan keluar dari paru-paru saat proses pernapasan berlangsung.



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "25 Persen Warga RI Pernah Ngevape, Ini Alasan Terbanyak Pilih Rokok Elektrik"