istimewa |
Paul Alexander, manusia terakhir yang hidup di dalam paru-paru besi selama lebih dari 70 tahun setelah tertular polio, meninggal dunia. Dia wafat di usianya yang ke 78 tahun.
Penyebab kematiannya tidak disebutkan namun dia sempat dilarikan ke rumah sakit pada akhir Februari setelah dinyatakan positif COVID-19. Setelah keluar dari rumah sakit, manajernya melaporkan Paul kesulitan untuk makan dan minum.
"Kisahnya tersebar luas dan jauh, memberikan pengaruh positif kepada orang-orang di seluruh dunia. Paul adalah panutan luar biasa yang akan terus dikenang," tulis penyelenggara GoFundMe Christopher Ulmer.
Awal mula hidup di paru-paru besi
Paul tertular penyakit polio ketika dia berusia 6 tahun, pada musim panas 1952 ketika dia tinggal di Texas. Infeksi polio membuatnya lumpuh dari leher ke bawah dan tidak dapat bernapas secara mandiri, sehingga dokter memasukkannya ke dalam paru-paru besi, yang pada saat itu merupakan teknologi pendukung kehidupan tercanggih bagi pasien.
Bercerita kepada The Guardian, Paul sebenarnya sudah divonis mengidap polio tapi tidak dibawa ke rumah sakit karena terlalu banyak pasien. Namun selang beberapa hari setelahnya, kondisinya makin memburuk.
Hanya dalam waktu singkat, Paul tidak bisa berbicara, menelan makanan, bahkan batuk. Orang tuanya sudah membawa ke rumah sakit di Parkland, namun dokter di UGD mengatakan Alexander tak tertolong.
"Hal berikutnya yang saya ingat, saya sudah ada di dalam paru-paru besi," kenang Paul pada saat itu.
Paul selalu berpikir bahwa polio, "iblis" yang mencoba menghancurkannya, akan kembali lagi.
"Saya bisa melihat rumah sakit dibanjiri oleh korban polio lagi, wabah, saya bisa melihatnya dengan mudah. Saya memberi tahu para dokter, itu akan terjadi. Mereka tidak mempercayai saya," katanya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Akhir Kisah Paul Alexander, Manusia Terakhir yang Hidup di Paru-paru Besi"