Ilustrasi varian baru Omicron. (Foto: Getty Images/loops7) |
Database Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID) menunjukkan Indonesia sudah mendeteksi satu kasus subvarian Omicron XBB.1.16 Arcturus. Varian ini diduga memicu peningkatan kasus di India lantaran dikhawatirkan bisa 'lolos' antibodi pasca vaksinasi maupun infeksi alamiah.
Berdasarkan pantauan detikcom Kamis (13/4/2023), data satu kasus varian Arcturus disubmit ke GISAID dalam 10 hari terakhir. Hanya ada satu sequence sampel yang dilampirkan.
Sementara India yang lebih dulu melaporkan kasus varian Arcturus, tercatat sudah melampirkan 1.015 hasil sequence sampel pasien terkait dugaan XBB.1.16 dengan hasil submit data sebanyak 90 kasus.
Beberapa waktu lalu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi memastikan Indonesia belum mendeteksi kasus varian Arcturus. Kemungkinan peningkatan kasus yang terjadi diakibatkan mobilitas tinggi di masyarakat.
"Kalau sampai saat ini belum ada ya (varian baru)," tutur dr Nadia saat dihubungi Selasa (11/4).
"Kita tetap menghimbau untuk segera vaksin booster," lanjutnya lagi.
Data GISAID juga menunjukkan varian Arcturus terdeteksi di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Singapura sudah mulai melihat peningkatan kasus varian Arcturus sejak akhir Januari, dan mulai melonjak di awal April.
Sementara tren kenaikan kasus varian Arcturus terlihat di awal Februari, terus menanjak signifikan sampai awal April 2023.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "GISAID Catat 1 Kasus COVID-19 Varian Arcturus di Indonesia!"