Singapura mengalami lonjakan COVID-19 akibat masuknya Omicron subvarian XBB. (Foto: Gilang Negara/d'Traveler) |
Kasus COVID-19 di Singapura dikabarkan kembali menanjak, tetapi menurut para dokter sebagian kasusnya ringan. Mereka menambahkan bahwa ini bagian tak terpisahkan dari ketika Singapura beralih ke fase endemi.
Angka resmi mingguan menunjukkan lonjakan tertinggi sepanjang tahun ini, dengan kasus yang meningkat sejak awal bulan lalu. Pada minggu terakhir bulan Maret, tercatat 28.410 kasus, hampir dua kali lipat dari angka minggu sebelumnya yaitu 14.467 kasus.
Kementerian Kesehatan Singapura menuturkan bahwa kenaikan kasus COVID-19 dipicu oleh campuran varian Omicron subvarian XBB, di antaranya XBB 1.5, XBB 1.9, dan XBB 1.6.
Kementerian Kesehatan Singapura menyebut, tidak ada bukti peningkatan keparahan dalam kasus COVID-19. Meski jumlah pasien rawat inap COVID-19 terus meningkat hingga 339 pada akhir Maret, jumlah pasien yang dilarikan ke unit perawatan intensif (ICU) menurun.
"Kami terus mengharapkan gelombang infeksi COVID-19 baru dari waktu ke waktu, mirip dengan penyakit pernapasan endemik lainnya seperti influenza," kata Kementerian Kesehatan, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (12/4/2023).
Lonjakan Pasien di Klinik
Klinik juga mengalami lonjakan jumlah pasien. Para dokter memperkirakan ,lonjakan kasus terjadi akibat pembatasan COVID-19 yang telah dilonggarkan.
Pekan lalu, Unihealth mengatakan bahwa setiap kliniknya telah menangani sekitar 15-20 pasien COVID-19 per hari. Angka ini naik hampir dua kali lipat selama sebulan terakhir.
"Sebagian besar pasien COVID-19 yang kami lihat di klinik terus menunjukkan gejala ringan," kata direktur medis Unihealth Dr Xie Huizhuang.
"Alat vital mereka stabil dan mereka tidak perlu dirawat di rumah sakit. Mereka dirawat sesuai gejalanya dan kemudian sembuh dengan lancar," bebernya.
Seluruh cabang klinik Unihealth telah melakukan persiapan untuk menghadapi lonjakan pasien. Mereka memesan lebih banyak obat, termasuk perawatan yang ditargetkan untuk COVID-19.
Phoenix Medical Group juga melaporkan kenaikan jumlah pasien dua kali lebih banyak dalam dua minggu terakhir di sejumlah kliniknya. Serupa dengan Unihealth, sebagian besar kasusnya ringan dan dapat dikelola.
Dr Chua Hshan Cher, direktur medis kelompok tersebut, mengatakan sebagian besar pasien menunjukkan gejala pernapasan. Dia biasanya menyarankan pasien untuk 'pulang dan istirahat', serta mengonsumsi banyak cairan.
Di samping itu, Dr Chua mengingatkan pasien yang berisiko tinggi seperti lansia dan orang dengan penyakit komorbid untuk lebih waspada.
"Jika Anda memiliki kondisi medis yang mendasarinya atau Anda sedikit lebih rentan karena Anda sedang menjalani, misalnya kemoterapi, Anda jelas ingin melakukan (tindakan pencegahan) ekstra," kata Dr Chua.
Penyebab Kasus Meningkat
Para dokter mengaitkan lonjakan kasus dengan pelonggaran aturan dan dimulainya kembali perjalanan. Singapura menghapus aturan wajib masker di kendaraan umum pada Februari dan pelancong yang tidak divaksinasi tidak diharuskan menunjukkan hasil tes COVID-19 sebelum keberangkatan.
Selain COVID-19, ada juga lebih banyak pasien yang mencari perawatan medis untuk influenza.
"Kebanyakan orang telah melanjutkan kehidupan normal. Saat kita menjalani rutinitas sehari-hari, Anda akan melihat sebagian besar orang membuka kedoknya akhir-akhir ini," kata Dr Chua.
"Ini mungkin salah satu alasan mengapa prevalensi kasus pernapasan ini telah kembali seperti sebelum COVID," lanjutnya.
Dr Xie mengatakan klinik Unihealth telah melihat peningkatan 30 persen pada pasien dengan infeksi pernapasan akut (ISPA). Sekitar seperlima dari kasus tersebut mengalami infeksi influenza, sekitar 5 hingga 10 persen dari COVID-19, dan sisanya diakibatkan oleh infeksi virus.
Saat kegiatan dilanjutkan dan kehidupan kembali normal, klinik mengatakan mereka memperkirakan kasus COVID-19 akan terus meningkat sebelum stabil.
"Saya pikir pada akhirnya kita akan mencapai kondisi stabil dan kita mungkin mengalami beberapa lonjakan dari waktu ke waktu. Jika mengikuti virus pernapasan lain seperti influenza, kita mungkin melihat lonjakan selama musim dingin," kata Dr Chua.
Karena Singapura hidup dengan virus, Kementerian Kesehatan dan dokter mengingatkan masyarakat untuk melakukan vaksinasi booster COVID-19 saat waktunya tiba, memakai masker di area ramai, dan segera mencari pertolongan medis jika merasa tidak sehat.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "RI Waspada! Kasus COVID-19 di Singapura Naik Lagi, Dipicu Omicron XBB"