Foto ilustrasi: iStock |
Seorang ibu di Inggris bernama Nickie Davies mulai merasa kelelahan setelah mengidap Covid tahun lalu dan menyadari bahwa dirinya menguap hingga 100 kali dalam sehari.
Menyadari ada yang tidak beres, wanita berusia 47 tahun ini mengunjungi dokter umum. Pada mulanya, dokter mengira bahwa gejala yang dirasanya terkait dengan apnea tidur. Setelah itu, ia dirujuk ke dokter THT yang menduga bahwa dirinya hanya mengidap alergi.
Namun setelah menyelidiki gejalanya, Nickie menyadari bahwa ia mengalami gejala penyakit saraf motorik atau Motor Neurone Disease (MND). Pada tanggal 20 Juli, ketakutan terburuknya terkonfirmasi saat dia didiagnosis dengan kondisi langka yang mempengaruhi otak dan saraf tersebut. Kondisi itu menyebabkan kelemahan yang memburuk seiring berjalannya waktu.
Wanita yang memiliki hobi berkuda dari West Kirby ini menceritakan bahwa gejalanya telah memburuk hanya dalam waktu dua bulan.
"Saya sekarang mengalami banyak rasa sakit di lengan dan kaki saya, yang menurut saya adalah kram, yang terasa lebih parah daripada kram, tetapi itulah yang mereka katakan kepada saya. Saya menjadi lebih cepat lelah dan hal-hal yang biasanya tidak sulit saya lakukan sekarang menjadi sulit," imbuhnya dikutip dari Mirror.
"Tangga adalah masalah yang nyata karena saya merasa sangat sakit di betis saya setelah hanya naik satu anak tangga. Saya juga sekarang tidak bisa bekerja karena kelelahan dan juga rasa sakitnya, apapun yang saya lakukan seperti mengetik akan membuat saya merasa sakit setelahnya," sambungnya.
Terlepas dari diagnosisnya, Nickie tetap positif. Dia mengatakan bahwa hal tersebut telah 'mengubah' dirinya dan keluarganya untuk menghadapi diagnosisnya dengan lebih baik.
"Jangan salah paham, saya masih mengalami masa-masa dimana saya mungkin menangis sejenak, lalu saya akan menenangkan diri lagi. Saya tidak ingin menjadi negatif, sehingga tidak membuat saya terpuruk dalam waktu yang lama," katanya.
Nickie membuat akun Instagram, @mndridingwarrior, untuk meningkatkan kesadaran dan menggalang dana untuk Asosiasi Penyakit Saraf Motorik. Dia juga mendorong orang-orang untuk berbagi kisah jika mereka menghadapi situasi yang sama.
"Ketika saya didiagnosis, sudah terlambat untuk menyelamatkan suara saya dan saya merasa siapa pun yang memiliki suara cadel harus ditawari layanan yang memungkinkan mereka untuk menyimpan suaranya seandainya suaranya tidak kembali, dan jika kembali, maka bagus," imbuhnya.
Ia menjelaskan bahwa jika melihat dirinya secara langsung, orang-orang akan mengira dirinya seorang disabilitas. Namun, begitu ia berbicara, orang-orang memberikan reaksi yang berbeda-beda.
"Saya pernah membuat orang berbicara dengan pelan dan keras kepada saya, saya pernah membuat orang mencoba menggunakan bahasa isyarat, saya pernah membuat orang memperlakukan saya seolah-olah saya bodoh, dan bahkan ada yang bertanya kepada anak saya, Elle, apakah saya mengerti," terangnya.
"Saya tahu ini adalah kurangnya pemahaman, namun sebagai manusia, hal ini berdampak lebih dari ini karena ketika saya mengetik, saya dapat mendengar Anda dan saya dapat memahami dengan sempurna. Mengapa orang masih merasa perlu untuk berbicara dengan lambat atau mencoba untuk memberi isyarat atau menirukan apa yang saya katakan?," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Curhat Wanita Alami Gejala Aneh yang Masih Dialami usai Sembuh dari COVID-19"