Hagia Sophia

11 February 2025

Singapura Temukan Kasus Impor Polio Paralitik, Pasien Asal Indonesia

Foto: AP Photo

Kementerian Kesehatan Singapura mengonfirmasi satu kasus impor polio paralitik di negaranya. Kasus ini teridentifikasi pada pasien anak usia lima bulan asal Indonesia. Ia memang datang ke Singapura pada 26 Januari untuk perawatan medis.

Anak tersebut disebut mengalami gangguan kekebalan tubuh dan sebelumnya sudah mendapatkan vaksin polio oral (OPV) dan satu dosis vaksin polio inaktif (IPV) di Indonesia.

"Dia mengalami demam, lemas akut, dan kelumpuhan pada tungkai bawah pada bulan Desember 2024 saat berada di Indonesia. Polio tidak dicurigai oleh dokternya saat itu," kata kementerian tersebut.

Pada 26 Januari, dia dievakuasi secara medis untuk perawatan gejalanya dan langsung dirawat di Rumah Sakit Universitas Nasional (NUH) setibanya di Singapura. Bayi tersebut saat ini dalam kondisi stabil.

"Temuan kami sejauh ini menunjukkan risiko rendah penularan di masyarakat. Kasus tersebut dibawa langsung ke NUH setibanya di Singapura dan diisolasi setelah masuk. Dia juga ditempatkan di bawah tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut setelah diduga terinfeksi polio," kata MOH.

"Saat ini tiga kontak dekat, yang merupakan anggota keluarga atau pengasuh kasus tersebut, telah dikarantina sebagai tindakan pencegahan."

Poliomielitis disebabkan oleh virus polio dan terutama ditularkan melalui makanan yang terinfeksi bahan feses.

Vaksinasi adalah perlindungan paling efektif terhadap poliomielitis, di samping menjaga standar kebersihan dan sanitasi yang tinggi, kata kementerian kesehatan.

Ada dua vaksin untuk polio OPV, yang mengandung virus polio yang dilemahkan, dan IPV, yang tidak mengandung virus polio hidup.

Banyak negara secara bertahap beralih ke IPV, dan Singapura berhenti menggunakan OPV pada tahun 2021, kata MOH.

"Poliomielitis paralitik terkait vaksin merupakan kejadian buruk yang sangat langka yang terjadi ketika seseorang mengalami polio paralitik setelah menerima OPV. Risikonya lebih tinggi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, yang mana IPV direkomendasikan sebagai pengganti OPV."

Singapura belum melaporkan kasus polio yang didapat secara lokal sejak 1978. Kasus polio terakhir yang dilaporkan pada 2006 merupakan kasus impor, imbuh kementerian tersebut.

"Singapura telah mempertahankan status bebas polio dengan melanjutkan cakupan vaksinasi polio yang tinggi, standar kebersihan dan sanitasi lingkungan yang tinggi, dan memiliki sistem pengawasan yang mapan untuk mendeteksi kemungkinan kasus poliomielitis."

Berdasarkan Jadwal Imunisasi Anak Nasional (NCIS), anak-anak menerima total lima dosis vaksin - tiga dosis IPV untuk bayi pada usia dua bulan, empat bulan, dan enam bulan, dengan dua dosis penguat IPV lainnya pada usia masing-masing 18 bulan dan 10 hingga 11 tahun.

"Karena IPV tidak mengandung virus hidup, maka tidak ada risiko polio paralitik terkait vaksin. Vaksinasi di NCIS tersedia gratis untuk semua anak Singapura di klinik dan poliklinik Dokter Umum Community Health Assist Scheme," kata kementerian tersebut.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Singapura Temukan 1 Kasus Polio Paralitik, Anak Usia 5 Bulan Asal RI"