Foto: Getty Images/iStockphoto/gorodenkoff |
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) kini menyoroti penyebaran infeksi jamur mematikan yang sulit diobati. Disinggungnya, penyebaran infeksi tersebut telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Sefatal apa?
CDC melaporkan, secara nasional terdapat 2.377 kasus infeksi jamur Candida auris pada 2022, yang merupakan peningkatan nyata dari 1.471 kasus pada 2021.
Orang sehat tidak berisiko terinfeksi tersebut. Namun, orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau menggunakan alat medis seperti ventilator dan kateter dapat mengalami kondisi berat jika terinfeksi, bahkan berisiko meninggal dunia.
Mengacu pada pengujian, sebagian besar kasus infeksi jamur bersifat kebal terhadap pengobatan antijamur. Maka itu, CDC menyebut kasus tersebut sebagai ancaman resistensi antimikroba yang mendesak. Diketahui, banyak pasien berada di rumah sakit dan panti jompo.
"(Infeksi jamur menyebar) dari kontak dengan pasien yang terkena dan permukaan atau peralatan yang terkontaminasi," ungkap pihak CDC dikutip dari BBC, Kamis (23/3/2023).
Ahli epidemiologi CDC, dr Meghan Lyman, menyebut satu dari tiga pasien infeksi jamur tersebut meninggal dunia. Namun, sulit untuk memastikan bahwa pasien tersebut terpapar Candida auris.
Lebih lanjut CDC melaporkan, gejala paling umum dari infeksi jamur tersebut adalah demam dan menggigil yang tidak membaik, bahkan setelah pengobatan. Pada kebanyakan kasus, pasien sudah terlanjur sakit sehingga sulit untuk memastikan adanya infeksi jamur. Satu-satunya cara untuk mendeteksi infeksi adalah dengan tes laboratorium.
"Menekankan perlunya pengawasan lanjutan, kapasitas lab yang diperluas, tes diagnostik yang lebih cepat, dan kepatuhan terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi yang terbukti," imbuh dr Lyman.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Geger Kasus Infeksi Jamur Jangkiti Lebih dari 2 Ribu Pasien di AS, CDC Ketar-ketir"