Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Niphon Khiawprommas |
Ratusan orang di Peru lumpuh hanya dalam beberapa bulan. Dokter sempat kebingungan karena saat itu penyebabnya masih belum diketahui.
Namun, pejabat setempat telah mengumumkan bahwa kondisi itu disebabkan gelombang Sindrom Guillain-Barre (GBS). Sejauh ini, sindrom tersebut sudah menyebabkan 231 orang lumpuh dan menewaskan empat orang sejak Januari 2023.
Kondisi langka ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel saraf yang sehat, dan biasanya terjadi setelah infeksi virus atau bakteri. Sebagian besar pasien mengalami gejala yang dimulai pada kaki dan tangan, sebelum menyebar ke lengan dan kaki.
Orang yang terinfeksi mati rasa, kesemutan, kelemahan otot, nyeri dan masalah dengan keseimbangan dan koordinasi. Sampai saat ini, para ilmuwan terus berjuang untuk menemukan akar penyebab penyakit tersebut.
Dikutip dari The Sun, sampel yang dianalisis oleh pejabat kesehatan di Peru menunjukkan bahwa itu bisa berasal dari bakteri Campylobacter jejuni, yang biasa ditemukan pada makanan dan air yang terkontaminasi.
Bakteri yang sama bertanggung jawab atas wabah GBS serupa di Peru beberapa tahun lalu. Kondisi GBS ini bisa menyebabkan masalah jangka panjang, jarang fatal, adn sebagian besar bisa sembuh total.
Saat ini, pejabat setempat telah mengumumkan GBS sebagai keadaan darurat kesehatan nasional di Peru. Namun, sampai saat ini pemerintah Peru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau Organisasi Kesehatan Pan Amerika belum mengeluarkan pembatasan perjalanan apapun atas wabah GBS.
"Sindrom Guillain-Barré berpotensi mengancam jiwa. Pasien GBS harus dirawat di rumah sakit agar bisa dipantau secara ketat," kata WHO.
"Perawatan suportif meliputi pemantauan pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah. Dalam kasus di mana kemampuan seseorang untuk bernapas terganggu, dia biasanya memakai ventilator," sambungnya.
WHO menegaskan agar semua pasien GBS harus dipantau jika menunjukkan adanya komplikasi, yang mencakup detak jantung yang tidak normal, infeksi, pembekuan darah, dan tekanan darah tinggi atau rendah.
Sejauh ini, belum ada obat khusus yang bisa mengatasi GBS. Tetapi, ada beberapa pengobatan yang bisa membantu menangani gejala GBS dan mempersingkat durasinya.
"Mengingat sifat autoimun dari penyakit ini, fase akutnya biasanya diobati dengan imunoterapi, seperti pertukaran plasma untuk menghilangkan antibodi dari darah atau imunoglobulin intravena. Ini paling sering bermanfaat ketika dimulai 7 hingga 14 hari setelah gejala muncul," jelas WHO.
"Dalam kasus di mana kelemahan otot berlanjut setelah fase akut penyakit, pasien mungkin memerlukan layanan rehabilitasi untuk memperkuat otot dan memulihkan gerakan," lanjutnya.
Jumlah kasus tertinggi tercatat di ibu kota Lima dua pekan lalu, dengan rata-rata pasien berusia sekitar 41 tahun. Para ahli menyarankan mereka yang bepergian ke daerah dengan GBS untuk fokus pada kebersihan tangan dan pilihan makanan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ratusan Orang di Peru Mendadak Lumpuh gegara Penyakit Langka"