Sekjen PBB Antonio Guterres ingatkan pendidihan global. Foto: Getty Images/AFP/C. Quicler |
Era pemanasan global telah berakhir, era pendidihan global sudah tiba." Itu perkataan seram Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres dalam pidato di markas besar PBB, New York City.
Dikutip detikINET dari Guardian, dia membahas data baru Uni Eropa dan Organisasi Meteorologi Dunia, yang menyatakan Juli akan jadi bulan terpanas dalam catatan sejarah.
Efek panas bulan Juli terlihat di seluruh dunia. Ribuan turis melarikan diri dari kebakaran hutan di pulau Rhodes, Yunani, dan banyak warga menderita panas di barat daya AS. Suhu di kota barat laut China melonjak ke 52,2C, memecahkan rekor nasional.
Kenaikan suhu rata-rata global didorong oleh polusi yang menjebak sinar Matahari dan berperan seperti rumah kaca di sekitar Bumi, memperburuk cuaca ekstrem.
"Umat manusia berada di kursi panas. Untuk sebagian besar Amerika Utara, Asia, Afrika, dan Eropa, ini adalah musim panas kejam. Untuk seluruh planet, ini adalah bencana. Dan bagi para ilmuwan, tidak diragukan lagi, manusia yang harus disalahkan," cetus Guterres.
"Semua ini konsisten dengan prediksi dan peringatan. Satu-satunya yang mengejutkan adalah cepatnya perubahan. Perubahan iklim sudah di sini, mengerikan dan baru dimulai. Era pemanasan global berakhir, era pendidihan global sudah tiba," lanjutnya.
Guterres mendesak politisi mengambil tindakan cepat. "Udara tak bisa dihirup, panas tak tertahankan. Pemimpin harus memimpin. Tidak ada lagi keragu-raguan, tidak ada lagi alasan, tidak ada lagi menunggu orang lain bergerak lebih dulu. Tak ada lagi waktu untuk itu," paparnya.
Analisis oleh Universitas Leipzig Jerman menyebut bahwa Juli 2023 akan mencapai rekor. Suhu rata-rata global bulan ini diproyeksikan setidaknya 0,2C lebih hangat dari Juli 2019, yang sebelumnya terpanas dalam catatan pengamatan 174 tahun, menurut data Uni Eropa.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Sekjen PBB: Bukan Pemanasan Global, Kini Era Bumi Mendidih"