Hagia Sophia

23 May 2023

Benarkah Krisis Populasi di China Hanya Karena Masalah Ekonomi?

Ilustrasi warga China (Foto: REUTERS/Tingshu Wang)

Krisis populasi di China menjadi salah satu perhatian besar pemerintah. China terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong angka kelahiran dengan cara mempermudah perizinan pernikahan hingga memberikan insentif pada orang tua yang memiliki anak.

Permasalahan ekonomi keluarga disebut-sebut menjadi salah satu alasan besar banyak orang tak ingin memiliki anak. Namun, hal tersebut nampaknya tidak sepenuhnya tepat.

Hal tersebut seperti yang dirasakan oleh warga Beijing Four Wang (42) dan istrinya. Wang dan istrinya memiliki pekerjaan tetap dan hingga saat ini tidak memiliki anak. Keduanya dikenal sebagai pasangan 'penghasilan ganda, tanpa anak' atau DINKS di China.

"Memiliki anak seperti membuka kotak misteri. Aku tidak punya keberanian untuk membukanya," ucap Wang dikutip dari ABC, Senin (22/5/2023).

Wang menambahkan bahwa memiliki anak membutuhkan dana yang besar dan dapat menurunkan kualitas hidupnya bersama sang istri. Bahkan ia lebih memilih menggunakan uangnya untuk berbelanja.

"Uang yang saya tabung bisa digunakan untuk belanja. Saya tidak perlu khawatir tentang kehidupan anak-anak, kesehatan, keselamatan, dan lain-lain," sambung Wang.

Keputusan yang diambil Wang bersama istri bertentangan dengan pandangan tradisional China di mana menikah tanpa memiliki anak adalah sebuah hal tabu. Selain itu, ada harapan juga bahwa pasangan membutuhkan anak untuk melanjutkan generasi dan merawat mereka ketika sudah tua.

Namun, Wang mengatakan bahwa saat ini banyak pasangan yang sudah tidak peduli dengan persepsi tersebut. Bahkan Wang merasa bahwa apa yang ia lakukan merupakan keputusan cerdas.

Pada saat ini ada sekitar 188 keluarga DINKS di China dan angka tersebut masih terus meningkat. Kemunculan keluarga DINKS dinilai menjadi salah satu faktor rendahnya angka kesuburan yang rendah di China.

"Ini merupakan faktor penting dalam tingkat kesuburan yang rendah di China," ucap sosiolog china Shouting Lu dalam sebuah makalah akademis pada tahun 2022.

Selain soal kemunculan banyaknya keluarga DINKS, masalah kesetaraan gender yang kurang baik di China juga menjadi salah satu penyebab utama rendahnya angka kelahiran. Terdapat sebuah sentimen di mana bahwa wanita harus bekerja dan mengurus rumah tangga.

"Jika orang ingin punya anak, apakah mereka memiliki cuti hamil yang wajar? Bisakah masyarakat memberikan lebih banyak dukungan kepada perempuan?" ucap profesor sosiologi global Universitas Lancaster Yang Hu.

"Pemerintah sangat ingin mempromosikan fertilitas, namun jika hanya menggunakan peraturan-peraturan, tetap akan sulit merubah keadaan. Ini memerlukan perubahan budaya," sambungnya.

China mengalami penurunan populasi untuk pertama kalinya dalam 60 tahun terakhir. Pada2022, China mengalami penurunan jumlah populasi sebanyak 850 ribu orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selain memberikan insentif pada warganya yang mau punya anak, China juga sudah menghapus kebijakan satu anak pada 2016 karena populasi yang menua dan menurun. Pasangan di China saat ini bahkan diperbolehkan memiliki tiga anak.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Banyak Pasutri Tajir Ogah Punya Anak, Yakin Krisis Populasi China gegara Uang?"