Ilustrasi pembekuan sel telur (Foto: Getty Images/bluecinema) |
Baru-baru ini, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyarankan agar pasangan segera menikah. Hal ini karena jumlah penduduk usia produktif diperkirakan menurun pada 2020-2050. Penduduk Indonesia akan lebih banyak didominasi oleh usia tua.
Di sisi lain, banyak orang tidak mau buru-buru punya anak. Mereka yang mau menunda tetapi tidak mau dikejar-kejar umur biologis akhirnya membekukan sel telur, lalu muncullah fenomena social egg freezing.
Konsultan endokrinologi reproduksi dan infertilitas Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG)K) menjelaskan egg freezing sebenarnya termasuk salah satu perencanaan berkeluarga. Egg freezing dilakukan dengan mengambil lalu membekukan sel telur untuk digunakan di kemudian hari.
Tren yang belakangan muncul adalah social egg freezing. Metode ini dilakukan oleh wanita, bukan karena ada masalah kesehatan, tetapi semata-mata karena menunda pernikahan dan punya anak.
"Social egg freezing, yaitu perempuan usia muda yang 'Saya simpan saja telurnya' supaya nggak bingung saat dia nanti menikah. Dia bisa menikah kapan saja dengan sel telur tetap tersimpan dengan baik," kata Prof Iko, sapaan akrabnya, dalam program detikPagi, Senin (22/5/2023).
Prof Iko menjelaskan di sejak 2019 di Amerika Serikat, social egg freezing telah didukung dengan asuransi khusus bernama financial plan support. Menurutnya, ini menjadi terobosan bagi pasangan atau perempuan muda yang belum menikah atau mau menunda pernikahan.
Meskipun begitu, ia menilai masih banyak isu budaya, etik, dan legal di balik social egg freezing. Banyak masyarakat Indonesia yang pro dan kontra terhadap metode pembekuan sel telur ini.
"Pengambilan sel telur yang paling tidak invasif adalah melalui vagina. Saat pengambilan melalui vagina, akan terjadi kerusakan selaput dara atau selaput hymen. Ini menjadi suatu isu di Indonesia sebagai budaya timur walaupun pengambilan sel telur bisa dilakukan melalui perut dengan tindakan laparoskopi yang lebih invasif," paparnya.
Sel telur perempuan yang belum menikah harus dijaga dengan baik setelah dibekukan. Sel telur hanya dimanfaatkan ketika perempuan itu sudah menikah dan hanya untuk pasangannya, bukan untuk egg donation.
Ia menambahkan, studi di Indonesia pada 2014 menemukan bahwa usia maksimal bagi perempuan membekukan sel telur adalah 35 tahun.
"Usia di atas 35 tahun sebenarnya kualitas sel telur sudah menurun. Kalau dilakukan egg freezing kualitasnya tidak terlalu baik dibandingkan di bawah 35 tahun. Badan organisasi preservasi reproduksi di dunia juga mensyaratkan itu untuk mendapat input dan output yg baik," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Lagi Ngetren Social Egg Freezing, Apa Sih Itu? Kenali Juga Pro-Kontranya"