Ilustrasi varian corona. (Foto: Getty Images/loops7) |
Belum selesai digaduh Eris, dunia kini kembali dibuat geger oleh kemunculan varian COVID baru. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan temuan COVID-19 subvarian baru BA.2.86 yang jenis mutasinya lebih banyak dibandingkan subvarian terdahulu.
Varian yang dinamai Pirola itu disebut memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi. Namun, CDC masih memerlukan informasi lebih lanjut untuk mengetahui separah apa dampak yang bisa ditimbulkan varian itu.
"Terdapat kekhawatiran mengenai dampaknya pada kekebalan dari vaksin dan infeksi sebelumnya," ujar CDC, dikutip dari Reuters, Kamis (24/8/2023).
Sudah Ditemukan di 4 Negara
Peneliti senior di Statens Serum Institut (SSI), Morten Rasmussen, menuturkan kasus akibat varian Pirola sudah ditemukan di empat negara. Dikutip dari CNN, tiga kasus terjadi di Denmark di berbagai bagian negara yang disinyalir tidak melakukan kontak satu sama lain.
Tak lama, Israel juga melaporkan temuan kasus Pirola, disusul oleh Amerika Serikat dan Inggris. Varian Pirola saat ini masih dalam status 'varian dalam pemantauan', namun Rasmussen mengatakan jika memicu penyakit yang lebih parah atau kebal terhadap vaksin yang sudah ada, maka klasifikasinya bakal naik menjadi 'varian dalam perhatian'.
"Merupakan hal yang tidak biasa bagi Corona untuk berubah begitu signifikan dan mengembangkan 30 mutasi baru. Terakhir kami melihat perubahan besar yakni ketika Omicron muncul," ucap Rasmussen.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "CDC Ketar-ketir Varian COVID-19 Pirola, Disebut Paling Bermutasi di Dunia"