Foto: REUTERS/Mike Segar |
Banjir parah yang terjadi di Kota New York, Amerika Serikat, pada Jumat (29/9) adalah salah satu akibat dari krisis iklim. Demikian seorang pejabat setempat memperingatkan.
Badai besar melanda wilayah tersebut pada Kamis (28/9) malam sehingga lima wilayah dan sebagian wilayah bagian utara New York, New Jersey, dan Connecticut berada dalam pengawasan dan peringatan banjir.
Hujan terus turun tanpa henti saat jam sibuk di Jumat (29/9) pagi dimulai. Pada pertengahan pagi, Gubernur New York Kathy Hochul mengumumkan keadaan darurat mengingat jalan raya terendam air, sistem kereta bawah tanah terhenti, terminal di LaGuardia kebanjiran, dan penduduk bersusah payah mengarungi jalan dalam kondisi air setinggi lutut.
Wali Kota Eric Adams mendesak warga New York untuk tinggal di rumah atau mencari tempat berlindung jika mereka terpaksa pergi bekerja atau sekolah. Dia memperingatkan bahwa kota itu mungkin akan diguyur hujan setinggi 20cm sebelum badai berlalu.
Hujan setinggi 7cm hingga 15 cm telah tumpah dan masih akan berlangsung dalam 24 jam ke depan, menurut National Weather Services (NWS). Beberapa peramal cuaca memperingatkan bahwa banjir tersebut berpotensi menjadi 'bersejarah'.
"Ini adalah akibat dari perubahan iklim. Iklim kita berubah lebih cepat daripada yang dapat direspon oleh infrastruktur kita," kata Rohit Aggarwala, Komisaris Departemen Perlindungan Lingkungan New York, dikutip dari The Independent.
Para peramal cuaca memperingatkan bahwa banjir pada hari Jumat bisa jadi belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan di era ketika kejadian-kejadian ekstrem makin memburuk.
Jumat pada awalnya merupakan hari terbasah di bulan September yang pernah tercatat enurut NWS. Curah hujan sekitar 15cm telah turun sejak tengah malam, melampaui rekor 12cm yang diakibatkan oleh Badai Donna pada tahun 1960.
"Ini berpotensi menjadi banjir bandang bersejarah bagi New York. Kita berada dalam darurat iklim," cuit Eric Holthaus, yang menjalankan layanan cuaca.
Di planet yang lebih panas, lebih banyak uap air yang tertahan di atmosfer, yang berarti bahwa badai mempunyai kemungkinan lebih besar untuk membawa curah hujan yang tinggi.
"Di wilayah Timur Laut AS, volume hujan pada peristiwa yang sangat lebat meningkat sebesar 55% dari tahun 1958 hingga 2016," tulis ahli meteorologi Terran Kirksey, dari lembaga nirlaba Climate Signals.
"Sebagian besar peningkatan tersebut terjadi sejak tahun 1996 akibat krisis iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia," ujarnya.
Huge storm and flooding in NYC today. This is 4th Ave and Carroll St in Brooklyn, which is near Gowanus Canal, a superfund site.
— Dr. Lucky Tran (@luckytran) September 29, 2023
Reminder: Do not go in the flood waters, it contains pathogens and is a threat to human health.pic.twitter.com/uzPQLfSL3G
Dunia mengalami musim panas terpanas yang pernah tercatat pada tahun 2023, termasuk suhu panas laut yang memecahkan rekor. Temperatur yang lebih tinggi ini, yang sebagian besar disebabkan oleh emisi dari pembakaran bahan bakar fosil, telah membuat suhu permukaan laut rata-rata global hampir 1 derajat lebih panas dibandingkan 100 tahun yang lalu.
Lebih banyak panas di lautan meningkatkan badai, menyebabkan badai berlangsung lebih lama dan menghasilkan curah hujan yang lebih tinggi, kata para ilmuwan.
Laporan terbaru dari panel ilmu iklim PBB menemukan bahwa frekuensi kejadian curah hujan ekstrem '1 dalam 10 tahun' telah meningkat 30% secara global.
Selain itu, perubahan iklim menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang menambah bahaya gelombang badai.
"Gelombang badai akan menghasilkan genangan yang lebih besar karena latar belakang permukaan laut lebih tinggi secara sistematis di hampir seluruh wilayah dunia karena pemanasan global," kata Dr Tom Knutson, ilmuwan senior di Laboratorium Dinamika Fluida Geofisika NOAA.
Pada hari Jumat, Gubernur Kathy Hochul mengumumkan keadaan darurat di seluruh Kota New York, Long Island, dan Hudson Valley. Dia mengatakan bahwa para pejabat sangat mengkhawatirkan orang-orang yang tinggal di ruang bawah tanah.
Selama Badai Ida tahun 2021 yang melanda Timur Laut dengan banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya, 43 orang tewas termasuk beberapa orang yang tenggelam di rumah mereka.
"Rencanakan rute evakuasi. Jangan menunggu sampai air menutupi lutut sebelum Anda berangkat. Jangan menunggu sampai terlambat," kata Gubernur Hochul.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Banjir Parah di New York, Perubahan Iklim Salah Satu Penyebabnya"