Ilustrasi panas. (Foto: Getty Images/iStockphoto/krungchingpixs) |
Pakar epidemiologi Universitas Airlangga Windhu Purnomo mewanti-wanti kelompok berisiko jatuh sakit di tengah cuaca panas ekstrem. Hal yang juga disoroti terjadi di Surabaya. Bahkan, prediksi situs AccuWeather, suhu di kota tersebut bisa meningkat melampaui 40 derajat Celcius mulai pekan depan.
Meski diragukan BMKG, prediksi ini dinilai Windhu bisa menjadi kewaspadaan awal warga, khususnya kelompok rentan. Selain kelompok lansia, pengidap komorbid dan riwayat penyakit lain berisiko mengalami gejala lebih berat hingga fatal akibat penyakit di tengah cuaca panas, termasuk dehidrasi.
"Kelompok-kelompok yang memang sudah sakit-sakitan, lansia. Jadi prinsipnya penyakit apapun, tidak hanya pada panas terik seperti ini, pada dasarnya umur yang makin tua, lansia dan mereka yang sudah memiliki penyakit sebelumnya seperti diabetes melitus," bebernya saat dihubungi detikcom Senin (2/10/2023).
"Apalagi yang tidak terkontrol ya, kemudian hipertensi, penyakit jantung, punya penyakit ginjal kronis, itu yang paling rentan," sambung dia.
Seberapa Siap Faskes di RI?
Risiko beragam penyakit yang muncul tidak bisa menghindari peningkatan kasus rawat inap di rumah sakit. Sebab, banyak di antara pasien mengeluhkan gejala berkepanjangan termasuk infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hingga asma.
Pemerintah diminta untuk menyiapkan faskes agar tidak terjadi penumpukan pasien di sejumlah RS maupun klinik tertentu. Namun, sebelum itu, hal yang jauh lebih penting adalah pencegahan agar banyak masyarakat tidak jatuh sakit.
Windhu optimistis kesiapan faskes saat ini sudah jauh lebih baik di banyak wilayah, ketimbang sebelum pandemi. Baik dari alat, hingga tenaga kerja.
"Pemerintah kan kemarin sudah belajar ya, jangan sampai mulai dari hulu sampai hilir, bukan hanya rumah sakit, klinik, tapi juga sudah disiapkan kesiapan kesehatan itu, pandemi kemarin ada hikmahnya lah," kata Windhu.
"Sejak pandemi kemarin, kita kan menyiapkan semua faskes baik di tingkat pertama sampai tingkat lanjut sekunder, tersier itu disiapkan, ruang ICU untuk semua penyakit karena pandemi itu nanti bisa saja terjadi lagi untuk penyakit lain, masalah kesehatan lain termasuk yang berkaitan dengan iklim," bebernya.
Windhu mengaku tidak mengetahui persisnya tren kasus perawatan di tengah tren cuaca panas Surabaya. Namun, sejauh ini tidak ada laporan signifikan yang terpantau dilaporkan di banyak faskes.
"Kunjungan ke RS mungkin ada, tetapi belum mengkhawatirkan, yang penting memang sebetulnya pencegahan, kalau kita kebobolan berarti artinya ini kita gagal di hulu," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Surabaya Dihantui Prediksi Suhu 40 Derajat Celcius! Kelompok Ini Paling Berisiko"