Wujud kapal selam Titan yang hilang. (Foto: OceanGate Expeditions/REUTERS) |
Kapal selam Titan yang menyelam ke dasar laut untuk melihat bangkai Titanic dipastikan mengalami 'ledakan yang menghancurkan'.
Dale Molé, mantan direktur kedokteran bawah laut dan kesehatan radiasi untuk Angkatan Laut AS, mengatakan bahwa kematian lima penumpang kapal terjadi dengan cepat dan tanpa rasa sakit, mati hampir seketika oleh kekuatan luar biasa yang diberikan oleh laut di kedalaman.
"Kematiannya akan sangat mendadak, sehingga mereka bahkan tidak tahu bahwa ada masalah, atau apa yang terjadi pada mereka. Rasanya seperti berada di sini sebentar, lalu saklar dimatikan. Anda hidup satu milidetik, dan milidetik berikutnya Anda mati," katanya kepada DailyMail dikutip Jumat (23/6/2023).
Kapal selam yang membawa awaknya dilindungi oleh ruang tekanan, pod tertutup yang menahan tekanan internal secara signifikan lebih tinggi dari tekanan sekitar, sistem gas bertekanan untuk mengontrol tekanan internal, dan suplai gas pernapasan untuk penumpang.
Tubuh lima penjelajah kapal selam, Suleman Dawood (19); ayahnya, Shahzada (48); Miliarder Inggris Hamish Harding (58); penjelajah Titanic terkenal Paul-Henri Nargeolet (77); dan pendiri dan CEO OceanGate Stockton Rush (61), kemungkinan tidak akan bisa diselamatkan.
Dengan tersebarnya puing-puing yang ditemukan di dasar laut, para ahli berpendapat bahwa kapal selam itu kemungkinan besar meledak saat turun ke bangkai kapal Titanic pada hari Minggu (18/6), sekitar waktu atau tidak lama setelah kehilangan kontak dengan permukaan.
Nicolai Roterman, ahli ekologi laut dalam di University of Portsmouth, Inggris, juga berpendapat jika ledakan seperti yang dialami oleh kapal selam Titan benar-benar terjadi, tekanan tersebut akan membunuh penghuninya hampir seketika.
Jika mengalami ledakan yang disebabkan oleh cacat pada bagian lambung kapal atau karena beberapa alasan lainnya, sebuah kapal selam akan runtuh dengan sendirinya dalam hitungan milidetik, dihancurkan oleh tekanan air yang sangat besar.
"Jika ada kerusakan lambung, penghuninya akan tenggelam ke laut dalam waktu dekat," ujar Roterman.
Menurut Laboratorium Lingkungan Kelautan Pasifik milik Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (PMEL NOAA), kedalaman laut rata-rata adalah 12.566 kaki atau sekitar 3.800 meter. Sementara laut terdalam sejauh ini tercatat berada di kedalaman 36.200 kaki atau 11.000 meter.
Dikutip dari Medical Daily, pada kedalaman sekitar 100 kaki atau 30,48 meter, manusia akan mengalami empat kali tekanan normal. Kondisi tersebut menyebabkan jaringan paru-paru berkontraksi, yang membuat penyelam hanya akan memiliki sedikit pasokan udara.
Pada saat yang sama, tekanan dari air akan mendorong air ke dalam mutu, mengisi paru-paru manusia dengan air. Semakin lama manusia berada di kedalaman laut, detak jantung bisa turun hanya 14 detak per menit.
Apabila seseorang terjebak di bagian terdalam samudera, tekanan air yang menekan tubuh akan menjadi ancaman langsung. Paru-paru tidak akan memiliki kekuatan untuk melawan tekanan air.
Pada tingkat yang cukup dalam, paru-paru akan runtuh sepenuhnya, membunuh seketika. Ini adalah konsekuensi paling ekstrim dari tekanan bawah air.
"Berapa banyak air yang bisa masuk sebelum manusia mulai mengeluarkan darah ke paru-paru?. Sehingga tidak jarang penyelam yang dalam akan batuk darah ketika mereka muncul ke permukaan," kata Direktur Pusat Penelitian dalam Lingkungan Khusus di Sekolah Kedokteran Universitas Buffalo Dr. Claes Lundgren.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Penumpang Kapal Selam Titanic Tewas, Begini Efek Tekanan Air pada Tubuh"