![]() |
| Foto: Getty Images/D-Keine |
DKI Jakarta mencatat angka depresi lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sebanyak 1,5 persen penduduk DKI Jakarta berusia di atas 15 tahun mengalami depresi, melampaui rerata nasional yang berada di 1,4 persen.
Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kemenkes, Yunita Arihandayani, menyebut masalah kesehatan mental pada kelompok usia di atas 15 tahun kini menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit tertinggi di Indonesia. Jawa Barat menjadi daerah dengan prevalensi tertinggi untuk masalah kesehatan jiwa, yakni 4,4 persen, sedangkan DKI Jakarta berada di angka 2,2 persen, di atas rata-rata nasional sebesar 2 persen.
"Terkait data gangguan depresi, rata-rata nasional 1,4 persen, DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 1,5 persen," beber Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan Yunita Arihandayani dalam diskusi daring, Jumat (21/11/2025).
"Masih adanya stigma negatif membuat orang enggan mencari pertolongan. Misalnya, orang yang sedih terus atau tidak bersemangat sering dibilang kurang kuat iman," lanjut Yunita.
Kemenkes mencatat hanya 0,7 persen orang dengan gangguan cemas dan 12,7 persen penyintas depresi yang mencari pengobatan. Rendahnya angka pencarian layanan ini menjadi tantangan besar dalam upaya penanganan kesehatan mental.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menyebut warga yang teridentifikasi mengalami masalah mental melalui cek kesehatan gratis akan menjalani skrining lanjutan menggunakan instrumen SRQ-29 dan konsultasi psikolog klinis. Jika ditemukan gejala lebih berat, mereka dirujuk ke psikiater di RSUD.
Hingga 22 November 2025, Ani menyebut total sudah ada 1.953.661 warga dewasa dan lansia telah mengikuti CKG, 365.533 di antaranya mengisi skrining kesehatan jiwa (PHQ).
Hasil yang didapatkan 10.945 orang atau 2,99 persen menunjukkan kemungkinan gejala depresi. Sementara 9.072 orang atau 2,48 persen mengeluhkan gejala kecemasan.
Angka ini menjadi dasar pemetaan lanjutan untuk menentukan wilayah dan kelompok berisiko tinggi.
DKI terus meningkatkan cakupan skrining kesehatan jiwa melalui CKG untuk memperoleh gambaran kesehatan masyarakat secara lebih menyeluruh, termasuk kondisi mental. Pihaknya juga memastikan ketersediaan tenaga psikolog klinis, yang saat ini sudah tersedia di 43 puskesmas kecamatan dan 16 RSUD.
Dinkes DKI juga menambah jumlah psikolog klinis dengan menggandeng organisasi profesi, serta meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam tata laksana kesehatan jiwa.
Dalam Keputusan Gubernur Nomor 165 Tahun 2025 tentang Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM), dipastikan koordinasi lintas sektor dalam memberikan dukungan dan layanan kesehatan mental sesuai kewenangan masing-masing.
Menurut Ani, langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mempercepat deteksi dini, mengurangi stigma, dan memperluas akses masyarakat terhadap layanan kesehatan mental.
"Kami berharap masyarakat semakin berani mencari pertolongan dan memanfaatkan layanan yang tersedia. Kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik," ujar Ani kepada detikcom, Minggu (23/11/2025).
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Angka Depresi DKI di Atas Rerata Nasional, Dinkes Bilang Gini"
