![]() |
| Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/spukkato) |
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang berkaitan erat dengan pola hidup seseorang. Khususnya pada diabetes tipe 2, penyakit ini umumnya disebabkan oleh pola makan rendah nutrisi, konsumsi gula secara berlebih, hingga minimnya berolahraga.
Namun, di sisi lain faktor keturunan atau genetik juga sering 'disalahkan' jadi penyebab diabetes melitus. Sebenarnya seberapa besar faktor genetik memengaruhi risiko diabetes?
Spesialis penyakit dalam dr Dicky Lavenus Tahapary, SpPD-KEMD, PhD, FINASIM menjelaskan risiko penyakit diabetes dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pola hidup, faktor lingkungan, dan genetik. Jadi, memang mungkin saja seseorang mengidap diabetes akibat faktor keturunan.
dr Dicky menjelaskan penyakit diabetes akibat genetik terbagi menjadi dua sifat, yaitu monogenetik dan poligenik. Pada sifat monogenetik yang sangat jarang, seseorang yang membawa kelainan genetik berkaitan dengan diabetes, kemungkinan besar akan mengalami diabetes.
"Artinya kalau dia ada kelainan genetik itu pasti sakit, most likely. Itu ada yang namanya maturity diabetes of the young (MODY), itu karena kelainan genetik," jelas dr Dicky ketika ditemui awak media di acara #Hands4Diabetes di Jakarta Selatan, Minggu (16/11/2025).
Apabila ada kelainan genetik pada fungsi produksi insulin, maka gula darah pasien akan tinggi. dr Dicky menyebut ada sekitar 15-20 gen yang berkaitan dengan kondisi tersebut.
"Biasanya pasiennya kadang-kadang nggak gemuk, tapi di keluarganya kuat riwayatnya, bapak ibunya atau neneknya, semua diabetes," sambungnya.
Sedangkan, sifat poligenik menunjukkan varian gen yang banyak, tapi peluangnya untuk mengidap diabetes tidak sebesar monogenetik. Apabila seseorang dengan kelainan genetik bersifat poligenik memiliki gaya hidup yang tidak sehat, maka risikonya akan semakin besar.
Meski begitu, dr Dicky mengingatkan untuk tidak selalu menyalahkan faktor genetik ketika mengidap diabetes. Pada kasus poligenik, kemungkinan untuk mengidap diabetes sangat mungkin dikurangi dengan penerapan gaya hidup sehat.
"Poligenik itu ada varian gennya banyak, tapi nggak pasti harus diabetes. Tapi kalau pasien dengan varian genetik tadi, terus pola makannya nggak diatur, mungkin dia lebih cepat jadi diabetes dibandingkan orang yang nggak punya varian genetik. Kan kadang ada yang agak gemuk, tapi nggak kena diabetes. Tapi, ada yang gemuk sedikit sudah diabetes," kata dr Dicky.
"Jangan menyalahkan genetiknya (poligenetik), kalau dia obesitas kan, sebagian besar dari pola hidupnya. Tapi, kalau memang dia monogenik tadi, kalau kan ada, kemungkinan besar dia diabetes," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Gaya Hidup vs Genetik, Dokter Jelaskan Mana yang Lebih Berperan Picu Diabetes"
