![]() |
| Ilustrasi tidur. (Foto: Getty Images/PonyWang) |
Siapa yang masih ingat detail mimpi tadi malam? Nyatanya, kebanyakan orang sulit mengingat detail mimpi yang dialami, meski mungkin belum lama terjadi.
Menurut ahli, mimpi paling banyak terjadi pada tahap tidur rapid eye movement (REM). Pada tahap ini, aktivitas otak mirip seperti orang yang sedang terjaga. Namun, ada satu perbedaan, yaitu bagian otak yang berfungsi memindahkan memori ke penyimpanan jangka panjang cenderung tidak aktif.
Area memori jangka pendek tetap aktif selama tidur REM, tapi hanya mampu menyimpan ingatan selama 30 detik saja.
"Kamu harus terbangun dari tidur REM untuk mengingat mimpi. Jika kamu langsung masuk ke tahap tidur berikutnya tanpa sempat terbangun, mimpi tersebut tidak akan pernah masuk memori jangka panjang," ujar peneliti mimpi di Harvard Medical School, Deirdre Barrett, dikutip dari Scientific American, Rabu (5/11/2025).
Tidur REM terjadi kira-kira setiap 90 menit, dan durasinya semakin panjang seiring berjalannya malam. Siklus REM pertama biasanya hanya berlangsung beberapa menit, tetapi menjelang akhir tidur selama delapan jam, seseorang bisa berada dalam tahap REM selama sekitar 20 menit.
Itulah mengapa durasi tidur merupakan faktor paling kuat yang memengaruhi kemampuan seseorang mengingat mimpi.
"Jika kamu hanya tidur enam jam, kamu mendapatkan kurang dari setengah waktu bermimpi dibanding tidur delapan jam. Jam-jam terakhir tidur adalah yang paling penting untuk bermimpi dan orang biasanya mengingat mimpi terakhir, yang terjadi tepat sebelum bangun," tambah Barrett.
Ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengingat mimpinya, misalnya jenis kelamin dan usia muda. Rata-rata perempuan mengingat sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki menurut meta-analisis tahun 2008.
Lalu, orang yang lebih muda cenderung lebih sering mengingat mimpi dibanding orang yang lebih tua. Kemampuan mengingat mimpi meningkat pada anak-anak sejak mereka bisa bercerita tentang mimpinya, lalu stabil dari awal remaja hingga usia 20-an awal, dan berangsur menurun perlahan pada usia dewasa.
Kondisi ini berbeda-beda untuk tiap individu. Ada orang yang hampir tidak pernah ingat mimpinya, sementara ada juga yang bisa mengingat beberapa setiap malam.
Ahli juga menemukan orang yang lebih introvert dan reflektif cenderung mengingat lebih banyak mimpi. Sedangkan, yang lebih ekstrovert dan berorientasi pada tindakan cenderung mengingat lebih sedikit.
"Daya imajinasi tinggi dan mudah terhipnosis juga berkaitan dengan kemampuan mengingat mimpi, begitu pula dengan beberapa ukuran kreativitas," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kenapa Sulit Mengingat Mimpi setelah Terbangun? Ini Alasan Ilmiahnya"
