Sudah 2024, olahraga masih bawa-bawa gengsi? (Foto: Getty Images/iStockphoto/baona) |
Dokter jantung mengingatkan, kematian mendadak saat olahraga paling sering dipicu oleh masalah kardiovaskular. Kerap terjadi karena terlalu memaksakan diri lantaran terbawa gengsi.
Stroke mapun serangan jantung yang mematikan bisa terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang terlalu tinggi saat beraktivitas. Ketika tubuh gagal beradaptasi dengan kondisi tersebut, maka dampaknya bisa sangat fatal.
"Pada orang yang nggak pernah olahraga, kemampuan tubuh untuk beradaptasi berkurang. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah secara cepat," kata dr Dian Zamroni, SpJP(K), konsultan perawatan intensif dan kegawatan kardiovaskular dari Alia Hospital Depok.
"Orang yang nggak pernah olahraga ikut temennya yang biasa olahraga, karena gengsi nggak mau kalah kemudian dipaksa olahraga tiba-tiba jatuh kolaps. Ternyata tensi naik tinggi, stroke perdarahan lalu meninggal. Atau tensi naik tinggi, serangan jantung," lanjutnya, dalam perbincangan dengan detikcom.
Beberapa hal bisa dilakukan untuk mencegah risiko fatal tersebut. Salah satunya dengan mengetahui heart rate maksimal, atau denyut jantung maksimal, yang dapat ditentukan antara lain dengan rumus 220 dikurangi usia.
"Nah biasanya ada lampu kuningnya, ada warning-nya yaitu 85 persen, dari 220 dikurangi umur. Kalau sudah mencapai itu, sebaiknya mulai cooling down, istirahat, turunkan dulu denyut nadinya. Jangan dilanjutkan, karena itu kapasitas 'mesin' kita. Kapasitas jantung kita nggak bisa lebih dari itu ya ibarat motor, mati mesinnya," kata dr Dian.
Saat ini, berbagai perangkat seperti sportwatch memungkinkan seseorang untuk memonitor heart rate dengan praktis. Tingkat akurasinya berbeda-beda tergantung fitur dan metode pengukuran yang dimiliki.
Sama pentingnya dengan memonitor denyut jantung, memeriksa tekanan darah juga bisa membantu mengetahui kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan aktivitas fisik yang berat. Biasanya, dokter dapat melakukan pemeriksaan tensi melalui tes treadmill, yakni sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik dalam durasi tertentu.
"Sebenarnya fenomena makin banyak orang berolahraga itu bagus," kata dr Dian.
"Tetapi harus kita ingat, bahwa masing-masing individu itu memiliki kemampuan yang berbeda-beda terkait olahraga," tegasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Sudah 2024, Olahraga Masih Bawa-bawa Gengsi? Awas Kena Stroke"