Krematorium di China. (Foto: AP/Ng Han Guan) |
Belakangan kasus COVID-19 kembali naik di beberapa negara. Hal ini disebabkan kemunculan varian COVID-19 JN.1 yang melanda dunia selama sebulan terakhir, termasuk di China.
Tingginya kasus COVID-19 ini ternyata berpengaruh pada aktivitas krematorium di China. Penduduk di wilayah Henan, China, menceritakan betapa buruknya situasi ini.
Bahkan, salah satu sumber mengklaim bahwa krematorium yang dikelola pemerintah terus menyala tanpa henti selama 24 jam.
"Ada delapan krematorium di rumah duka, semuanya mengkremasi jenazah 24 jam sehari, dan ini cukup menakutkan," kata warga bernama Zhou, dikutip dari Daily Star, Senin (1/1/2024).
"Kamar jenazah rumah duka yang dikelola pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir, banyak rumah duka swasta telah dibuka, dan bisnis berkembang pesat. Jumlah pemakaman lokal meningkat tajam," jelasnya.
Selain itu, Zhou menyebut krematorium terus beroperasi setiap hari. Bahkan, jenazah yang menunggu untuk dikremasi harus dimasukkan ke dalam freezer. Sebab, butuh waktu lama sampai mendapat giliran untuk dikremasi.
Menurut beberapa sumber, saat ini ada 118.977 kasus positif COVID-19 di negara tersebut. Dengan 7.557 di antaranya dalam kondisi serius atau kritis. Namun, tidak ada angka kematian yang akurat yang dilaporkan.
Menyoal Varian COVID-19 JN.1
Dalam laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para pejabat telah mengklasifikasikan ulang jenis virus tersebut sebagai varian tersendiri. Artinya, bukan lagi sebagai varian yang berkaitan dengan varian Corona lainnya.
"Dalam beberapa minggu terakhir, JN.1 terus dilaporkan di banyak negara, dan prevalensinya meningkat pesat secara global dan kini mewakili sebagian besar garis keturunan BA.2.86 yang dilaporkan ke GISAID," tulis laporan tersebut.
"Karena penyebarannya yang meningkat pesat, WHO mengklasifikasikan JN.1 sebagai varian of interest (VOI) yang terpisah dari garis keturunan induk BA.2.86," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Krematorium di China Kewalahan Imbas Melonjaknya Kasus COVID-19"