![]() |
| Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Liliia Lysenko) |
Menurut data Global Tuberculosis Report 2024, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan kasus TBC (tuberkulosis) terbanyak di dunia. Jumlahnya sekitar 1,09 juta kasus baru, tepat di bawah India dengan 2,8 juta kasus. Sedangkan, angka kematian akibat TBC di Indonesia diperkirakan mencapai 125 ribu jiwa tiap tahun.
Spesialis paru sekaligus peneliti vaksin TBC M72 Prof Erlina Burhan, SpP(K) mengungkapkan tantangan penanganan TBC di Indonesia tidak pernah berubah selama bertahun-tahun. Pertama, adalah sulitnya deteksi pasien yang mengidap TBC.
"Jadi kan waktu jaman dulu TBC Indonesia ini mulai dari setahun 200 ribu, lalu 300-400 ribu, sekarang 1 tahun kasusnya 1.090.000. Naik terus. Tantangannya adalah menemukan yang sejumlah ini paling banyak ditemukan itu 75 persen di tahun 2024," ujar Prof Erlina pada awak media di Jakarta Selatan, Rabu (12/11/2025).
Apabila penemuan kasus tidak dapat dikejar, orang-orang yang tidak terdeteksi akhirnya tidak tertangani dengan baik dan menularkan pada orang-orang yang sehat.
Tantangan selanjutnya adalah tidak semua pasien yang ditemukan mau menjalani pengobatan. Tak jarang, ia menemukan pasien yang denial ketika mendapatkan diagnosis dan menolak konsumsi obat.
Pengobatan TBC kerap terputus
Selanjutnya, dari seluruh pasien yang menjalani pengobatan, tidak semuanya dilakukan sampai selesai sampai 6 bulan. Ini sangat berisiko bagi pasien mengidap TB-RO atau resisten obat, sehingga pengobatan selanjutnya akan lebih sulit.
"Nggak semuanya selesai sampai 6 bulan, hanya mungkin 2 bulan sudah ngerasa enak, sudah enak, nggak batuk lagi, udah bisa tidur juga, makannya banyak, berat badan naik, akhirnya berhenti. Padahal kumannya masih ada, tapi 'tidur' aja," ujarnya.
"Jadi nggak semua kasusnya ketemu, yang ketemu nggak semuanya mau berobat, lalu berobat nggak semuanya sembuh," tambah Prof Erlina.
Karena tantangan TBC tidak pernah berubah selama bertahun-tahun, menurut Prof Erlina perlu dilakukan strategi yang berbeda untuk penanganan TBC. Selama ini, pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi TBC tidak pernah ada perubahan yang signifikan.
"Kita punya masalah yang sama dari tahun ke tahun, tapi pendekatannya atau strateginya juga sama. Business as usual, mana mungkin menjadi lebih baik. Harus extraordinary, harus berubah, harus berbeda," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Biang Kerok Kasus TBC Indonesia Masih 'Juara' 2 se-Dunia"
