Hagia Sophia

17 November 2025

Obgyn: 'Rahim Copot' Kondisi Langka dan Jarang Terjadi

Foto: Ilustrasi rahim (Getty Images/iStockphoto)

Belakangan media sosial ramai dengan cerita viral tentang seorang ibu yang disebut mengalami "rahim copot" usai melahirkan di dukun beranak. Cerita itu sukses bikin banyak warganet, terutama Gen Z yang belum menikah, jadi merinding dan takut duluan menghadapi proses persalinan.

"Ketakutan terbesar gen z= rahim copot," tulis salah satu pengguna TikTok.

Terkait kasus viral tersebut, spesialis obstetri dan ginekologi dr Muhammad Fadli, SpOG menyebut istilah 'rahim copot' mungkin adalah inversio uteri, yaitu ketika rahim terbalik keluar akibat penarikan tali pusat yang terlalu kuat saat plasenta belum lepas sempurna.

"Jadi rahimnya bukan copot, tapi kebalik karena kontraksi rahimnya tidak kuat lalu tali pusat ditarik paksa," jelas dr Fadli kepada detikcom, Rabu (12/11/2025).

"Kondisi ini darurat karena bisa menyebabkan perdarahan hebat, tapi bisa ditangani kalau cepat dikenali," sambung dia.

Hal senada disampaikan oleh dr Andon Hestiantoro, SpOG-KFER, dokter spesialis kandungan konsultan fertilitas. Ia menegaskan bahwa secara anatomi, rahim tidak mungkin benar-benar terlepas dari tubuh karena organ ini diikat oleh jaringan dan ligamen yang kuat. Namun, ada beberapa kondisi medis langka yang bisa menimbulkan kesan seolah rahim keluar dari tempatnya.

Salah satunya adalah inversio uteri, kondisi sangat jarang yang terjadi pada sekitar satu dari dua ribu hingga dua ribu lima ratus persalinan. Dalam kasus seperti ini, bagian atas rahim (fundus) terdorong ke bawah dan bisa menonjol keluar melalui vagina. Meski terlihat seperti rahim "keluar", organ tersebut sebenarnya hanya terbalik, bukan terputus.

"Ini adalah kondisi darurat obstetrik yang sangat langka (sekitar 1 dari 2000-2500 persalinan) namun mengancam jiwa," ucap dr Andon.

Selain itu, ada pula prolaps uteri berat, ketika otot dan ligamen penyangga rahim melemah setelah melahirkan. Akibatnya, rahim bisa turun ke saluran vagina, bahkan dalam kasus paling parah menonjol keluar dari vulva. Kondisi ini biasanya berkembang bertahap, bukan tiba-tiba saat proses melahirkan.

Jangan Takut Lahiran Normal

Kasus viral ini, kata dr Andon, seharusnya tidak membuat perempuan takut melahirkan secara normal. Justru sebaliknya, persalinan normal yang dilakukan dengan pengawasan medis memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah dibandingkan operasi caesar.

"Sekarang banyak yang memilih caesar karena takut nyeri, padahal risiko perdarahan dan infeksi lebih besar pada operasi," ujarnya.

Ia menjelaskan, perdarahan pada kelahiran normal biasanya sekitar 300 hingga 400 cc, sedangkan pada operasi caesar bisa mencapai 1.000 cc. Selain itu, risiko infeksi luka operasi dan infeksi rahim juga lima hingga sepuluh kali lebih tinggi pada caesar.

Operasi juga membawa risiko lain, seperti luka pada kandung kemih atau usus, yang meski jarang tetap perlu diwaspadai. Karena itu, dr Andon menegaskan bahwa selama ditangani oleh tenaga kesehatan profesional, melahirkan normal tetap merupakan cara paling alami dan aman.

"Perempuan tidak perlu takut. Dengan tenaga medis terlatih, risiko komplikasi seperti itu hampir tidak ada," tambahnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Gen Z Tenangkan Diri! Obgyn Sebut 'Rahim Copot' Kondisi Langka, Jarang Terjadi"