Hagia Sophia

24 November 2025

Tips untuk Atasi Henti Jantung yang Jadi 'Silent Killer'

Foto ilustrasi: Getty Images/sompong_tom

Henti jantung masih menjadi 'silent killer' yang kerap tidak disadari, dan setiap detik penanganan yang cepat adalah peluang krusial untuk menyelamatkan pasien.

Spesialis penyakit dalam dengan subspesialisasi kardiovaskular Brawijaya Hospital, dr Simon Salim, SpPD-KKV, mengungkapkan fakta yang paling mengkhawatirkan: henti jantung mendadak yang mematikan kebanyakan tidak menunjukkan tanda awal, berbeda dengan serangan jantung

"Sayangnya kebanyakan henti jantung nggak ada tanda awal, beda dengan serangan jantung. Jadi, yang penting adalah kesiapannya," terangnya pada detikcom, saat ditemui di sela simposium BraveHeart Cardiac Forum Jakarta 2025 di Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

Dr Simon menjelaskan bahwa pada serangan jantung, gejala seperti nyeri dada dapat muncul ketika kondisi tersebut terjadi. Terutama pada kondisi serangan jantung yang kronis, nyeri dada dapat muncul dan membuat aktivitas atau olahraga pasien menjadi terbatas.

Namun, henti jantung mendadak sering kali terjadi tanpa sinyal peringatan, membuat kesiapan masyarakat menjadi kunci satu-satunya untuk bertahan hidup.

Kuasai RJP dan Perkuat Akses AED

Lantas, kesiapan seperti apa yang menjadi penentu nyawa?

Simon menekankan bahwa kunci selamat dari henti jantung adalah kemampuan masyarakat untuk segera bertindak melalui bantuan hidup dasar, khususnya Resusitasi Jantung Paru (RJP), sejak dini. Selain RJP, tersedianya alat Automatic External Defibrillator (AED) di tempat-tempat publik sangat penting.

AED adalah perangkat portabel yang dapat mengirimkan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung korban ke kondisi normal. Kemampuan melakukan RJP dan akses cepat ke AED adalah satu hal yang menjadi penentu peluang selamat.

Terlepas dari kesiapan penanganan, dr Simon juga menegaskan bahwa usia muda tidak menjamin kebal dari penyakit jantung. Pola hidup yang buruk bisa menjadi pemicu utama penyakit jantung.

"Sedentary lifestyle, karena kurang gerak seperti kebanyakan duduk. Waktu duduknya lebih dari delapan jam sehari dan jumlah langkah kurang dari 10 ribu," pungkasnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Henti Jantung Jadi 'Silent Killer', Kunci Selamat Ada di Hal Ini"