Foto: Bloomberg via Getty Images/Bloomberg |
Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima di Jepang dan Chernobyl di Ukraina menciptakan stigma bahwa nuklir itu bahaya. Apalagi nuklir juga digunakan sebagai senjata bom atom sehingga membuat citranya semakin menakutkan.
"Manusia tidak bisa hidup tanpa energi listrik. Salah satu sumber energi listrik adalah dari reaksi fisi nuklir pada PLTN," sebut Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Dr Rohadi Awaludin, dalam live streaming Eureka! 'Bom Atom Penghancur Dunia,' Senin (31/7/2023).
Reaksi fisi nuklir adalah proses pembelahan inti atom menjadi atom-atom yang lebih kecil dan disertai dengan pelepasan energi dan neutron. Rohadi menjelaskan, pada PLTN, energi luar biasa yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir dapat dikendalikan.
"Inilah bedanya bom nuklir dengan reaktor nuklir. Bom nuklir itu reaksinya terjadi begitu cepat tanpa dikendalikan, juga energinya langsung terlepaskan begitu saja sehingga menyebabkan kehancuran," jelas lulusan Universitas Kanazawa Jepang ini.
Sedangkan reaktor nuklir pada PLTN, sambung Rohadi, memiliki semacam rem yang bisa mengatur pelepasan energi sedemikian rupa. Energi tersebut kemudian menghasilkan steam generator yang digunakan untuk membangkitkan uap bertekanan yang memutar turbin. Selanjutnya, turbin memutar generator dan menghasilkan listrik yang dialirkan untuk kebutuhan masyarakat.
Cara Kendalikan Energi Nuklir
Energi yang dihasilkan reaksi fisi nuklir dapat diatur berkat keberadaan batang kendali kontrol pada sistem PLTN. Batang kendali ini bertindak seperti rem.
"Jadi ketika neutron dilepaskan, batang kendali itu mengaturnya agar dia tidak menabrak atau tidak menembak inti atom berikutnya, diberi penyerap neutron, jadi neutronnya diserap di situ," papar Rohadi.
Selanjutnya, neutron yang dikeluarkan dari reaksi sebelumnya akan ditangkap agar material utamanya adalah material-material yang dapat menangkap neutron dalam jumlah yang besar. "Saat tertangkap, dia tidak menembak dan tidak menyebabkan reaksi berikutnya. Itulah prinsip pengendaliannya, jadi direm dengan batang kendali," sebutnya.
PLTN dibandingkan Batubara
Dibandingkan dengan pembangkit listrik bertenaga batu bara, PLTN disebut lebih hemat bahan bakar dan lebih ramah lingkungan. Rohadi menjelaskan, PLTN bisa menghasilkan 1 Gigawatt listrik dalam setahun dengan 30 ton uranium sebagai bahan bakarnya.
Sedangkan pembangkit listrik bertenaga batubara membutuhkan dua hingga tiga juta ton bahan bakar batubara untuk menghasilkan energi listrik yang sama dengan PLTN dalam setahun.
"Jadi untuk pembangkit energi 1 Gigawatt tadi kalau menggunakan batubara dia bisa dua sampai tiga juta ton dalam waktu 1 tahun. Nah ini (PLTN) cukup dengan 30 ton (uranium) kira-kira. Karena energi yang besar tadi, sehingga (PLTN) bisa menghasilkan listrik dalam jumlah besar dengan bahan bakar yang sedikit," urai Rohadi.
PLTN pun dinilai lebih ramah lingkungan. Bahkan pada KTT COP26 yang berlangsung di Glasgow tahun 2021, energi nuklir mulai menjadi perhatian. PLTN dianggap menjadi sebuah solusi untuk mengatasi pemanasan global.
PLTN dianggap bisa menekan konsumsi sumber energi terbatas, salah satunya batubara, dan beralih ke sumber energi terbarukan yaitu nuklir.
"Konsumsi batubara itu salah satunya berkontribusi pada pembakaran karbon yang menyumbang pemanasan global," kata Rohadi.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Masih Takut PLTN? Ini Beda Nuklir Pembangkit Listrik dan Bom Atom"