Hagia Sophia

02 August 2023

Akibat Radang Otak Karena Autoimun, Remaja Putri Ini Alami Depresi

Ilustrasi. Foto: Getty Images/iStockphoto/gorodenkoff

Tim dokter menemukan kasus langka gadis remaja tiba-tiba mengalami depresi, kejang, dan memukul kepalanya serta menggaruk lengannya, kemudian tidak ingat pernah melakukannya. Setelah diperiksa, gejala tersebut ternyata akibat dari radang otak karena penyakit autoimun.

Dilaporkan Live Science, gadis berusia 15 tahun di Taiwan dirawat di rumah sakit setelah mengalami gangguan mood selama setahun, kejang berulang dan ledakan tiba-tiba dari perilaku yang tidak disengaja, juga melukai diri sendiri hingga tiga kali sehari.

Setelah melalui serangkaian tes, dokter menyimpulkan bahwa dia mengidap sindrom Sjögren (SS), penyakit autoimun yang paling sering menyerang kelenjar air mata dan ludah tetapi juga dapat memengaruhi sistem saraf pusat yang mencakup otak serta sumsum tulang belakang.

Menurut laporan kasus yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Immunology, dokter akhirnya mendapatkan diagnosis yang akurat dan perawatan yang tepat. Remaja tersebut dapat pulih dan menjalani hidup normal seperti sebelumnya.

Gadis itu memiliki riwayat epilepsi terkait dengan infeksi bakteri di masa lalu yang berhasil diobati. Satu tahun sebelum didiagnosis sindrom Sjögren, remaja tersebut menyadari bahwa kepercayaan dirinya telah menurun, suasana hatinya memburuk, dan dia kesulitan untuk tidur dan mengingat banyak hal.

Setelah mengalami tiga kali kejang, dokter meresepkan obat antiepilepsi yang awalnya memperbaiki gejalanya, tetapi efeknya tidak bertahan lama. Dia mulai memiliki "episode" di mana dia tiba-tiba menjadi gelisah dan mulai tanpa sadar menyakiti dirinya sendiri.

Kadang-kadang, tepat sebelum suasana hati atau perilakunya berubah, pasien mengalami perubahan persepsi secara tiba-tiba, yang disebut "aura", yang dalam kasusnya melibatkan kilatan cahaya atau suara mesin. Pemindaian menunjukkan bahwa perubahan suasana hati dan perilaku ini terkait dengan semburan aktivitas listrik yang memicu kejang di otak.

Namun, terlepas dari aktivitas listrik yang berbahaya ini, pemindaian otak lebih lanjut tidak menemukan bukti kerusakan struktural pada otaknya, dan tidak ada kelainan pada cairan serebrospinal (CSF), cairan bening yang menjadi bantalan otak dan sumsum tulang belakang.

Dokter juga mengesampingkan infeksi virus, masalah tiroid, dan kanker sebagai penyebab potensial. Percaya bahwa pasien kemungkinan besar mengalami peradangan otak, tim tersebut meresepkan obat anti-inflamasi, yang sebagian meningkatkan suasana hatinya, tetapi episode agitasi dan melukai dirinya kembali.

Meski sindrom Sjögren paling banyak terjadi pada orang dewasa, tim berharap kasus ini akan meningkatkan kesadaran akan kondisi tersebut pada remaja.

"Kami menekankan pentingnya dokter untuk tetap waspada mengenai kemungkinan kondisi fisik yang mendasarinya saat menghadapi kejadian tiba-tiba dari perilaku menyakiti diri sendiri yang tampaknya di luar konteks," penulis senior Dr. Chun-Hao Liu, seorang psikiater dari Chang Gung Memorial Hospital di Linkou, kepada Live Science.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Remaja 15 Tahun Depresi sampai Epilepsi, Ternyata Dipicu Radang Otak Parah"