Hagia Sophia

11 November 2025

Perbedaan Suhu Ekstrem Antara Siang dan Malam Dapat Turunkan Imunitas Tubuh

Cuaca ekstrem berdampak ke sistem imun. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Sasiistock)

Kasus influenza atau flu dilaporkan di berbgai wilayah Indonesia dalam beberapa minggu terakhir.

Menurut pakar kesehatan pernapasan IPB University, Dr dr Desdiani, SpP, MKK, MSc (MBioEt), vaksinasi influenza dan kesadaran lingkungan mrupakan faktor yang penting dalam menghadapi lonjakan kasus flu belakangan ini.

Tak hanya disebabkan karena faktor kesehatan individu, lonjakan kasus tersebut juga dipengaruhi oleh dinamika lingkungan dan perubahan iklim. Pada bulan September 2025, suhu rata-rata di Indonesia mencapai 26,91 derajat celcius, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata klimatologis, 26,56 derajat celsius.

"Anomali suhu ini merupakan yang tertinggi ketujuh sejak 1981 dan berpotensi meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap infeksi saluran pernapasan," ujarnya, dikutip dari laman IPB, Jumat (7/11/2025).

Belakangan ini, fluktuasi suhu diurnal atau perbedaan suhu antara siang dan malam hari juga cenderung semakin besar. Varabilitas suhu per jam kini mencapai 4-5 derajat celsius.

"Misalnya, saat ini jam 12 siang suhu bisa mencapai 37°C, lalu satu jam kemudian turun menjadi sekitar 32,5°C. Begitu seterusnya. Jadi tiap jam suhu udara bisa berubah-ubah," jelasnya.

Kondisi ini bisa membuat sisttem pertahanan saluran pernapasan menurun. Dengan begitu, virus influenza jadi lebih mudah masuk dan selanjutnya menginfeksi tubuh.

"Perbedaan suhu yang ekstrem antara siang dan malam hari dapat menurunkan imunitas lokal saluran napas. Saat tubuh belum sempat beradaptasi dengan perubahan suhu yang cepat, risiko terinfeksi virus influenza meningkat," paparnya.

Tak hanya itu, perubahan iklim, urbanisasi, dan polusi udara juga memperkuat penyebaran penyakit. Adanya jumlah bangunan yang meningkat dan ruang hikau yang berkurang menyebabkan suhu mikro di daerah padat penduduk menjadi lebih tinggi.

Pada saat yang bersamaan polutan seperti aerosol juga menurunkan kualitas udara dan membuat daya tahan tubuh semakin lemah. Kondisi tesebut mempercepat penyebaran virus influenza tipe A dan B yang menjadi penyebab uama wabah musiman.

"Perubahan suhu dan kelembapan dapat memengaruhi stabilitas virus di udara. Udara kering atau dingin menurunkan efektivitas sistem pertahanan mukosa saluran napas, sehingga seseorang lebih mudah tertular," jelasnya.

dr Desdiani mengingatkan vaksinasi influenza juga menjadi langkah penting untuk mencegah kasus berat dan komplikasi. Menurutnya, vaksinasi terbukti efektif menurunkan risiko rawat inap, pneunomia, dan kematian, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, serta orang-orang dengan penyakit kronis atau imun lemah.

Penting pula untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Mulai dari etika batuk, penggunaan masker saat sakit, serta menjaga kebersihan udara dan lingkungan.

"Perubahan iklim dan penurunan kualitas udara bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan publik. Karena itu, mitigasi lingkungan harus menjadi bagian dari strategi pencegahan penyakit menular," katanya.
























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cuaca Ekstrem Pagi Panas Sore Hujan, Bisa Begini Efeknya ke Sistem Imun Tubuh"