Hagia Sophia

10 November 2025

Penyakit Jantung Sering Tidak Terdeteksi Hingga Kondisi Pasien Terlanjur Parah

Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/bymuratdeniz)

Mengenal gejala penyakit jantung adalah salah satu langkah awal pencegahan kejadian fatal. Penyakit jantung seringkali tidak terdeteksi dengan baik, sehingga kondisi pasien terlanjur parah dan membutuhkan penanganan serius.

Beberapa gejala spesifik penyakit jantung biasanya meliputi nyeri dada sebelah kiri, ada penjalaran, mual, muntah, dan keringat dingin. Namun, seringkali juga muncul gejala tidak spesifik seperti lemas yang akhirnya disalahartikan dengan kondisi lain, misalnya masuk angin. Hal ini yang akhirnya memicu keterlambatan penanganan pada pasien.

"Jadi memang pemahaman di masyarakat kita memang apalagi yang awam, jadi serangan jantung itu seperti angin duduk katanya. Jadi angin duduk, kemudian cuma dikerok. Setelah kerok meninggal, padahal karena sakit jantung," kata spesialis bedah toraks dan kardiovaskular BraveHeart - Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr Amin Tjubandi, SpBTKV, SubspJD(K) pada detikcom.

Menurut dr Amin, edukasi terkait penyakit jantung dan gejalanya perlu diperluas lagi. Di negara-negara yang lebih teredukasi, masyarakatnya cenderung lebih peka terhadap kondisi tubuh mereka.

Jadi, ketika ada gejala penyakit yang muncul, mereka akan langsung memeriksakannya. Apabila benar ada masalah jantung, maka penyakitnya terdeteksi lebih cepat dan penanganan akan lebih mudah.

Jika gejala muncul berulang kali tanpa ditangani, bisa saja ini berakibat pada kematian.

"Jadi kadang-kadang mereka sudah begitu sudah periksa dini, sehingga akhirnya terdeteksi dengan secara dini. Tapi kalau misalkan di (negara) kita, kadang-kadang masyarakat kita cuek saja. Oh, ini cuma masuk angin, padahal serangan (jantung), akhirnya dibiarkan," sambungnya.

dr Amin menjelaskan setiap serangan muncul, ada sel otot jantung yang mati. Keterlambatan penanganan akhirnya menurunkan fungsi pompa pada jantung.

Jika fungsi itu terus menurun, pada tahap akhir pasien bisa masuk ke fase gagal jantung. Pada situasi ini, pasien masuk dalam kategori risiko tinggi dan tingkat keberhasilan operasi menjadi lebih rendah.

"Jadi kalau misalkan kita melakukan operasi pada pasien-pasien dengan fungsi pompa jantung kiri yang sudah di bawah 25 persen, sangat rendah yang kita bilang, itu pasti sudah high risk dan high risk artinya angka keberhasilannya menjadi lebih rendah dari biasanya," ujar dr Amin.

"Tapi, kalau misalkan kita memberikan treatment pada saat fungsi pompanya masih bagus, dalam artian bahwa fungsi pompa masih bagus, kemudian kita lakukan operasi, tentunya pasti outcome-nya akan lebih baik," tandasnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Penyakit Jantung Sering Berakhir Fatal karena Kerap Dianggap Masuk Angin Biasa"