Hagia Sophia

10 November 2025

Ini Terjadi Pada Otak Jika Rutin Jalan Kaki 5 Ribu Langkah Sehari

Foto: Ilustrasi jalan kaki (Getty Images/PeopleImages)

Penyakit Alzheimer adalah kondisi yang dikhawatirkan banyak orang seiring bertambahnya usia. Secara bertahap, penyakit ini bisa memengaruhi daya ingat, daya pikir, dan kemampuan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Meski belum ada obatnya, penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh dari seluruh kasus Alzheimer di dunia bisa dikaitkan dengan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Artinya, faktor-faktor itu bisa dikendalikan. Salah satu faktor yang paling signifikan yaitu kurangnya aktivitas fisik.

Dikutip dari laman Eating Well, para ilmuwan telah lama menduga adanya hubungan antara olahraga dan kesehatan otak. Namun, sebagian besar bukti berasal dari studi hewan atau dari orang-orang yang melaporkan sendiri tingkat aktivitas mereka.

Studi jangka panjang terbaru dari Harvard Aging Brain Study pun dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Para peneliti ingin mengetahui apakah aktivitas fisik yang diukur secara objektif, seperti jumlah langkah yang diambil setiap hari bisa memperlambat perubahan otak yang terkait dengan penyakit Alzheimer, bahkan sebelum gejalanya muncul

Para peneliti mengamati sekelompok lansia yang sehat secara kognitif di awal studi sebanyak 296 orang. Studi ini bersifat longitudinal, artinya mereka melacak individu-individu hingga 14 tahun untuk melihat perkembangannya seiring waktu.

Peserta menggunakan pedometer di pinggang mereka selama tujuh hari berturut-turut. Alat ini menghitung langkah harian mereka, serta memberi ukuran yang andal dan objektif tentang seberapa banyak mereka bergerak.

Pesrta juga menjalani pemeriksaan tahunan unutk menilai kemampuan kognitif dan fungsional mereka. Para peneliti menggunakan teknik pencitraan otak yag canggih. Sebagian peserta menjalani pemindaian tomografi emisi positron secara teratur unuk mncai dua protein utama penyakit alzheimer, yaitu beta-amilod, plak lengket yang terbentuk di antara sel-sel saraf dan tau, jalinan yang terbentuk di dalam sel saraf.

Dengan melacak protein ini, bersama dengan skor kognitif dan jumlah langkah harian selama bertahun-tahun, para peneliti bertujuan untuk menentukan apakah kedua faktor tersebut saling berhubungan.

Bagaimana Hasilnya?

Pada individu dengan kadar amiloid yang tinggi, aktivitas fisik yang lebih aktif dikaitkan dengan akumulasi kekusutan tau yang lebih lambat di otak. Temuan ini penting, sebab tau lebih erat kaitannya dengan hilangnya memori dan gejala Alzheimer lainnya.

Kemudian, peserta yang lebih aktif juga menunjukkan penurunan skor kognitif yang lebih lambat. Efek perlindungan ini paling terlihat pada mereka yang berisiko tinggi terkena Alzheimer. Penumpukan Tau berperan besar dalam manfaat ini, memediasi 84 persen hubungan antara aktivitas dan penurunan kognitif yang lebih lambat.

Aktivitas fisik yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan penurunan fungsi yang lebih lambat. Berarti, orang-orang mempertahankan kemampuan mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari lebih lama. Dibandingkan dengan orang yang tidak aktif, mereka yang setidaknya memiliki tingkat aktivitas rendah mengalami penurunan fungsi 34 persen-51 persen lebih lambat selama periode sembilan tahun.

Seberapa Banyak Aktivitas yang Dibutuhkan?

Studi ini juga juga mengamati seberapa banyak aktivitas yang dibutuhkan. Manfaat terbesar terlihat ketika orang beralih dari tidak aktif (kurang dari 3.000 langkah perhari) menjadi beraktivitas rendah (3.001-5.000 langkah). Efek positif terus meningkat hingga tingkat aktivitas sedang (5.001-7.500 langkah).

Bagi orang dengan amiloid tinggi, beralih dari gaya hidup tidak aktif ke rendah aktivitas diperkirakan bisa menunda penurunan fungsi kognitif yang signifikan sekitar tiga tahun. Mencapai tingkat aktivitas sedang berpotensi memperpanjang waktu pemulihan, menunda penurunan fungsi kognitif hingga lebih dari 13 tahun.

Sehingga studi ini menunjukkan bahwa tak harus 10.000 langkah per hari, tapi sekitar 5.000-7.500 lagkah per hari bisa memberikan manfaat yang substansial. Bahkan, peningkatan langkah harian yang sederhana bagi individu yang paling tidak aktif pun bisa memberi perbedaan yang signifikan.

Untuk orang yang berisiko tinggi terkena Alzheimer, cara ini bisa berpotensi menunda timbulnya gejala hingga beberapa tahun.

Namun, ada beberapa keterbatasan dalam studi. Pertama penelitian hanya bersifat observasional, jadi tidak dapat dipastikan bahwa aktivitas fisik secara langsung bisa memperlambat perkembangan Alzheimer. Kemungkinan ada faktor lain yang terlibat. Studi ini juga hanya mengukur aktivitas fisik di awal penelitian, sehingga tidak diketahui bagaimana perubahan aktivitas seiring waktu bisa memengaruhi hasilnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Mantap! Ini yang Terjadi Pada Otak Jika Rutin Jalan Kaki 5 Ribu Langkah Sehari"