Ilustrasi situasi COVID-19 di Jakarta (Foto: Rifkianto Nugroho) |
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia. Berkaitan dengan kejadian ini masyarakat diminta untuk lebih disiplin dengan protokol kesehatan dan segera melengkapi vaksinasi booster, khususnya untuk kelompok berisiko.
Ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyoroti bahwa meningkatnya kasus COVID-19 akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utamanya adalah kemunculan varian baru yang lebih mudah menginfeksi.
Selain itu ia juga menyinggung bagaimana keterkaitan COVID-19 dengan peningkatan masalah kesehatan pernapasan lain seperti influenza dan mycoplasma. Menurutnya, infeksi COVID-19 membuat masyarakat menjadi lebih rentan dengan penyakit pernapasan.
"Hal yang harus diketahui infeksi COVID sebelumnya membuat banyak mayoritas orang di dunia ini semakin rentan terhadap infeksi saluran napas, termasuk terinfeksi COVID lagi itu sendiri," ucap Dicky ketika dihubungi detikcom, Senin (11/12/2023).
Dicky juga menuturkan bahwa banyak pasien COVID-19 saat ini tidak hanya mengalami infeksi tunggal. Hal ini menurutnya perlu menjadi kewaspadaan pada layanan kesehatan masyarakat dalam penanganan pasien COVID-19.
"Peningkatan COVID-19 ini berbarengan dengan terjadinya outbreak berkala yang selama ini tertunda pandemi. Ini akhirnya membuat seseorang yang terinfeksi COVID umumnya juga tidak tunggal dan juga terinfeksi penyakit saluran napas lain," kata Dicky.
"Misalnya seperti mycoplasma atau misalnya influenza. Selain itu dalam konteks negara tropis juga bisa berpotensi terinfeksi dengue atau demam tifoid," pungkasnya.
Dicky mengimbau masyarakat bisa terus menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun. Selain itu, masyarakat juga perlu menjaga kualitas udara dengan ventilasi dan sirkulasi ruangan dengan baik.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pakar Ungkap Kemungkinan Lonjakan Mycoplasma Disusul Kenaikan Kasus COVID-19"