Hagia Sophia

13 December 2023

China Bangun Lab Bawah Tanah Terbesar dan Terdalam di Dunia

China Bangun Lab Raksasa di Perut Bumi, Setara 120 Kolam Renang Olimpiade. Foto: Xinhua News

Pemerintah China baru saja meresmikan beroperasinya China Jinping Underground Lab (CJUL). Ini adalah laboratorium bawah tanah terdalam dan terbesar di dunia, dibangun 2.400 meter di bawah permukaan di barat daya China.

Bagi komunitas ilmiah, dengan beroperasinya CJUL, China mendorong penelitian dan pencarian materi gelap secara global. Peluncuran CJUL dilakukan setelah tiga tahun melakukan peningkatan dan perluasan scara ekstensif.

Dikutip dari Xinhua, laboratorium ini menawarkan kondisi pengujian khusus yang tidak tersedia bagi para ilmuwan di tempat lain, fasilitas ini diharapkan dapat membuka batas baru dalam eksperimen di Bumi.

Terletak di kedalaman ekstrem yang menghalangi sebagian besar sinar kosmik, CJUL dipandang sebagai lokasi 'sangat bersih' yang ideal bagi para ilmuwan untuk mendeteksi materi gelap, zat tak kasat mata yang diyakini membentuk setidaknya seperempat alam semesta.

Dengan kapasitas ruangan sebesar 300 ribu meter kubik atau setara sekitar 120 kolam renang ukuran Olimpiade, CJUL menjadi laboratorium bawah tanah terbesar di dunia, hampir dua kali lipat ukuran Gran Sasso National Laboratorium di Italia.

Dengan kapasitas ruangan setara 120 kolam renang ukuran Olimpiade, laboratorium fisika di bawah Gunung Jinping di Provinsi Sichuan, China ini jadi laboratorium bawah tanah terbesar di dunia. Foto: Xinhua News

Penelitian materi gelap

Materi gelap tidak menyerap, memantulkan, atau memancarkan cahaya, sehingga sangat sulit dikenali, menurut European Organisation for Nuclear Research (CERN) yang juga menampung peralatan yang mempelajari zat aneh dan tidak diketahui tersebut.

Akselerator partikel CERN yang kuat, Large Hadron Collider, terletak 100 meter di bawah tanah dekat Jenewa di perbatasan Prancis-Swiss. Large Hadron Collider digunakan oleh peneliti internasional untuk mencari materi gelap.

Para ilmuwan telah mampu menyimpulkan keberadaan materi gelap dari efek gravitasi yang terlihat pada materi yang terlihat. Mengungkap misterinya, dapat membantu para peneliti lebih memahami komposisi alam semesta kita dan bagaimana galaksi-galaksi bersatu.

Ketika tahap pertama laboratorium Jinping selesai pada tahun 2010, kapasitasnya sekitar 4.000 meter kubik. Pembangunan tahap kedua bersama Tsinghua University dan Yalong River Hydropower Development Company milik negara dimulai pada Desember 2020.

Terletak jauh di bawah Gunung Jinping di provinsi Sichuan barat daya China, fasilitas penelitian itu dapat diakses dengan mobil melalui terowongan.

Yue Qian, seorang profesor di departemen teknik fisika Tsinghua University, mengatakan bahwa laboratorium tersebut hanya terkena fluks sinar kosmik yang sangat kecil, setara dengan seperseratus juta fluks yang ada di permukaan Bumi, sehingga menawarkan ruang yang sangat bersih bagi para ilmuwan untuk melakukan penelitian mencari materi gelap.

"Kondisi lain di laboratorium, termasuk radiasi lingkungan yang sangat rendah dan konsentrasi gas radioaktif radon yang terjadi secara alami, juga akan meningkatkan deteksi materi gelap, sehingga kita dapat memulai penyelidikan ilmiah yang paling signifikan," kata Yue.

Ia menambahkan, laboratorium tersebut juga akan mendukung penelitian interdisipliner seperti di bidang fisika partikel, astrofisika nuklir, kosmologi, ilmu hayat, dan mekanika batuan.

Sepuluh tim peneliti yang terdiri dari ilmuwan dari Tsinghua University, Shanghai Jiao Tong University, Beijing Normal University, China Institute of Atomic Energy, Institute of Rock and Soil Mechanics of the Chinese Academy of Sciences, dan banyak lagi, telah ditempatkan di fasilitas tersebut.




























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "China Bangun Lab Raksasa di Perut Bumi, Setara 120 Kolam Renang Olimpiade"