Hagia Sophia

28 December 2025

Menkes: Sejumlah Desa Masih Terisolir Usai Bencana di Aceh

Menkes Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Devandra Abi Prasetyo/detikHealth)

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyoroti masih adanya desa-desa yang terisolasi pascabencana di Aceh. Menurutnya, tantangan terbesar saat ini bukan lagi rumah sakit rujukan, melainkan menjangkau masyarakat di wilayah yang aksesnya sama sekali terputus.

"Itu yang nggak bisa jalan. Tahap ketiga sekarang kita mulai ini terkait desa-desa yang terisolasi," kata Menkes dalam arahannya dengan para relawan melalui zoom, Selasa (24/12/2025).

Menkes menjelaskan pemerintah tengah merevitalisasi layanan kesehatan secara bertahap. Tahap pertama difokuskan pada rumah sakit karena menjadi titik paling parah terdampak bencana.

"Layanan kesehatan kita mulai dari rumah sakit duluan. Itu yang paling berat. Tapi alhamdulillah dalam dua minggu sudah mulai berjalan," ujarnya.

Tahap kedua diarahkan ke layanan kesehatan tingkat pertama, yakni puskesmas pembantu dan fasilitas kesehatan dasar lainnya. Menurut Menkes, terdapat lebih dari 300 titik layanan yang tersebar di seluruh kecamatan.

"Ini kita harapkan sekitar 2,5 minggu lagi selesai. Mereka semua beroperasi, meskipun tidak 100 persen. Ada yang 25 persen, 50 persen, 75 persen. Tapi yang penting beroperasi dulu untuk layanan kesehatan masyarakat," jelasnya.

6 Desa Tak Bisa Diakses

Adapun tahap ketiga, yang kini menjadi fokus utama, adalah penanganan desa-desa yang masih total terisolasi. Menkes menyebut sedikitnya terdapat enam desa yang hingga kini belum memiliki akses sama sekali.

"Ada enam desa terisolasi. Orang jalannya saja susah. Aksesnya belum ada sama sekali. Makanannya pun masih harus di-drop," ungkap Menkes.

Enam desa tersebut yakni Serule, Desa Alupayung, Jambur Konya, Kelitu, Sintep, dan Gegara. Seluruh wilayah itu belum bisa dilalui kendaraan dan masih mengandalkan distribusi logistik dari udara maupun jalur darurat.

Untuk menjangkau wilayah tersebut, Menkes meminta agar tim relawan kesehatan khusus segera diterjunkan. Namun ia menegaskan, relawan yang dikirim harus benar-benar tangguh, mandiri, dan siap bertahan di kondisi ekstrem.

"Saya minta ini nggak boleh relawan yang cengeng-cengeng. Harus yang kuat, berani, tahan banting. Karena mereka di-drop dua minggu sendiri," tegasnya.

Tim relawan tersebut akan diatur bersama pusat krisis kesehatan dan lembaga kebencanaan. Para relawan akan diterjunkan dan tinggal di lokasi selama dua pekan penuh.

"Mereka harus hidup mandiri. Kita bekali tenda, genset, starlink, makanan, BBM, obat-obatan, dan logistik selama dua minggu," kata Menkes.

Lebih dari sekadar memberikan layanan pengobatan, relawan juga diharapkan aktif membantu pemulihan kehidupan warga.

"Kerjanya bukan cuma ngobatin atau nunggu pasien. Tapi harus punya inisiatif, bersihin rumah, bangun ini-itu. Betul-betul relawan kelas A," minta Menkes.

Menkes bahkan mengibaratkan tim tersebut seperti pasukan khusus relawan yang dilepas mandiri di lapangan. Selain fisik yang kuat, aspek psikologis juga menjadi perhatian utama.

"Relawan itu harus bisa membangkitkan motivasi masyarakat. Jangan datang malah sedih, nangis. Kalau relawannya nangis, masyarakat bisa tambah tertekan," kata Menkes.

Ia menambahkan, pemerintah juga telah mengidentifikasi puluhan desa lain yang berpotensi masih terisolasi.

"Kita sudah identifikasi mungkin masih ada lebih dari 50 desa terisolasi. Rencananya akan kita drop dari puskesmas-puskesmas terdekat dengan paket yang sama," pungkasnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Menkes Soroti 6 Desa Masih Terisolir Pascabencana di Aceh"